LANGKAH PASTI

Diam membisu bergelut sunyi
Edarkan tanya yang telah mati
Sejengkal ambisi menguasai hati
Memeluk ego menguasai jati diri

DEWI PUJAAN

Sejuk sepi meresap jiwa
Merasuk sejuk memeluk kata
Ada rindu yang menyapa
Hanyutkan rasa mengusap sukma

AJARI AKU - 01

Izinkan aku berguru padamu !!
Wahai pelantun sukma
Kau sungguh istimewa
Menjelajah seluruh pori rasaku

RINDU TERPATRI

Jemari berpijak tanpa henti
Merangkai kata indah sampai kini
Jemari ini pula wacana tuk di cermati
Mengungkap rasa sepenuh hati

SIRNANYA HARAP

Sampan impian hanyut di seberang
Berlantun duka mengupas kenang
Senja hadir menyapa selaksa pandang
Ulas senyum larut pergi menghilang

PINTALAN TANPA ASA

Ada impian kerap kali terkoyak
Heningkan keinginan memintal kehendak
Jejak harap tak lagi bisa bertindak
Berlantun kelam di hantaran benak

PERCUMA

Ada kalanya !!
Senja bercanda dipelataran rasa
Kadang pula !!
Tertunduk diam mengurai duka

PENANTIAN

Beraneka sajak telah kutuang
Bermacam syair sudah kutoreh
Namun sapamu tak pernah menoleh
Membuat rindu makin menggenang

KISAH RUNTUH

Rumput ilalang terdiam dalam bias
Menangis deras iringi rintik hujan
Rasa dingin menusuk merasuk tulang
Menghunjam tajam menghambat lengah

TETAP MELANGKAH

Kata berucap tak lagi punya makna
Kalimat terlontar mengungkap kecewa
Kebanggaan jiwa kian hari kian sirna
Berbasuh nikmat disela kisah dahaga

KECEWA

Rasa rindu kini telah kuhela
Kuhanyutkan di aliran telaga derita
Arus harap sudah tak lagi menyapa
Singkirkan impian tak lagi guna

KEINDAHAN KISAH

Simphoni indah hadir melabur resah
Bingkiskan kenang di sela kisah
Ada rasa yang lama tertunda
Merinai jejak berpeluk manja

RINDU BERKARAT

Ada yg mengganjal dalam ingat
Namun ada batas yg mengikat
Membuat rindu makin berkarat
Ciptakan bulir kisah tanpa sekat

KEINGINAN HATI

Ikatan benang surgawi
Hantarkan jiwa meraih mimpi
Mimpi indah datang mengiringi
Membuat rindu makin bersemi

DINGINNYA RASA

Mendung resah terasa tertahan
Ikatkan keinginan lama tersimpan
Ada tanya tanpa ada jawaban
Semua seakan jenuh terabaikan

LAMUNAN

Syair malamku berdendang
Hanyutkan rasa tanpa kekang
Curahan rindu tetap terkenang
Terpancar tulus tanpa lenggang

RINDU LAKSANA MUR DAN BAUT

Boleh kiranya kuungkap bait rindu
Kuselipkan bara memburu dalam kalbu
Kudendangkan pula aksara penuh cumbu
Menghadirkan dahaga tiada berlalu

PENGAYOM PICIK

Pijakan kaki tegap wibawa
Ciptakan jejak langkah perkasa
Rinai latunan kata penuh tanya
Terlontar bersambut dengan cerca

SATRIA ANGKUH

Begitu mudah mengucap maaf
Segala prasangka bermanik khilaf
Ungkap kata berlaburkan sifat naif
Aksara terucap bermahkotakan arif

GENGGAMAN MAYA

Segenggam sampul nyata
Terpampang jelas tanpa jeda
Mengais jejak seiring atma
Melamuri kisah tiada tertunda

KESADARANKU

Wahai bidadariku yang bermata lentik
Tetaplah menjadi bunga rindu yang kupuja
Tetaplah meraih warna pelangi pada senyumanmu
Jangan pernah letih mengupas kemesraan
Jangan berhenti menyapaku dengan kemanjaan

TANDA NYATA

Meski tiada potongan mimpi tercecer
Malam ini kisah tetap melaju pasti
Hamparan asa ditetapkan jadi harap
Meski jejak langkah tak pasti menapak
Melewati malam menuju keesokan hari

TERLAMBAT

Rembulan di sinar matamu
Terasa teduh hempaskan ragu
Rasaku terasa terkukuh
Jiwa tertunduk tak kuasa berlabuh

REUNI TANPA JEDA

Deburan ombak pasir putih
Jadi saksi persahabatam nan sejati
Tiada berbedaan yang menguasai
Berbaur menyatu jiwa terasa terpatri
Keterpautan diri seakan di hargai

HARI TERINDAH HANYA UNTUKMU

Di tengah meriahnya gemuruh resah
Kau hadir bingkiskan senyum terindah
Sejuta rintangan kerap kau hempaskan
Demi meraih jejak menuju kebersamaan

SERULING JIWA

Kidung gempita dirongga malam
Usap manja berkeringat kelam
Torehan hasrat hati indah tersulam
Paparkan kisah kusam lesuh terajam

IRAMA JIWA

Bias lembut mengalun sejuk
Bait terpapar berkias tajuk
Bangkitkan lena sadarkan punguk
Jiwa berlapang rasa jadi tertunduk

BUAH TINDAK

Berkilah kucurkan kata
Berlenggang hanyutkan sangka
Kata basi lembut tertata
Sirnakan bait pengupas sabda

UCAPAN UNTUKMU

Sekelumit dera kerap menyapa
Menempatkan kisah berlabur rona
Ketegaran tetaplah kau raba
Senyum indah mewarnai masa

H A N Y U T

Terbentang sadar berpucuk asa
Memeluk keinginan tanpa tertuang
Ketetapan rasa hempaskan bimbang
Jiwa terangguk hilang tanpa daya

PANGERAN KEGELAPAN

Menantang hujatan badai menerpa
Bertengger diatas karang kusuraman
Senyum prahara senantiasa terhias
Singkirkan ragu menatap dalam tajam

NYALI KURA-KURA

Dera bait sembilu penghias maya
Berlalang kelana menoreh kelam
Hati lengah umpan siap tuk dirajam
Hempaskan dahaga menuai mangsa

DAWAI PETAKA

Alihkan sapamu disela gelap
Ragaku tak butuh alunan
Jiwaku beku penuh terpaan
Nada sendumu tak membuatku lelap

SINAR KASIH

Himpitan malam menoreh
Rasaku terjaga gapai seikat mimpi
Bersama kau edarkan senyum hujatan
Luapan hati menggigil cari pijakan
Gemuruh menyentuh detak jantung

LAMPION RESAH

Ajuhkan tanya pada rembulan
Siapa yang membangunkan rindu
Siapa yang menumbuhkan cinta
Siapa yang menciptakan duka
Musim apa mereka bersemi ??

BAIT PUJANGGA

Kias perkataan terlantun semu
Mengusik rasa menyita waktuku
Ungkaplah segala kisah tentangku
Agar Kegerahan cepat berlalu
Menciptakan masa menjadi beku

FATWA PUJANGGA

Kusimak seribu fatwa pujangga
Kutemukan alur penunda langkah
Rasa cinta dipenuhi dendam
Mutiara rindu tergores noda

KIDUNG KERAKUSAN

Tonggak durjana rakus riuh tertumpah
Melulu lantahkan bisikan bulir sabda
Pilar kidung jiwa hempas tiada rasa
Surut mengering diam tak berkilah

CINTA ITU APA ??

Cinta itu apa ??
Tumpuhan benak edarkan tanya
Menanggapi diri cari jawab disela jiwa
Dalam jati diri tak lagi ada rasa
Kesetiaan terkikis tersapa oleh dusta

DETAK KERINDUAN

Jamuan butiran embun pagi
Masih bermanjaan dengan mentari
Mencumbu mesra kelopak bunga
Mengusap sayang pada dedaunan

TANDA RASA DIHATI

Ketika gagak itu menjadi pendiam
Kicau burung tak terdengar lagi
Merakpun segan tuk menari

GENGGAMAN RASAKU

Perlu engkau tahu !!
Aku terlalu banyak berhutang padamu
Selama sisa hidupku
Aku akan menebusnya dengan kerinduan tak berdasar

MISTERI RASA

Tiada sela salah di sudut pandangmu
Tiada rasa marah diujung tindakku
Kau selalu tersenyum tulus
Walau rasa dan hatimu tertikam resah

PEKATNYA TINDAK

Gelap pekat mengguncang
Gemuruh ciptakan gelombang
Pagimu jadi petang
Sengsaramu akan menjelang
Lunaknya jiwa jadi karang

PULANGLAH RINDU

Wahai bunga pujaanku
Kembalilah engkau disisiku
Sirnakan kisah senja penuh liku
Hantarkan kerinduan ini dihatimu
Agar kita bisa berkayuh dalam waktu

B E K U

Andaikan masih ada rasa cemburu
Pasti akan aku cari tahu
Siapa yang menjadi pujaanmu
Sampai dimana kisah itu menyatu

R I N D U

Rindu ini teramat bersahaja
Diam angkuh tanpa kata
Walau rindu sudah tak bersua
Gelora rindu tetap membara

PENGGANTI

Berhentilah sejenak !!
Jangan berucap dirimu tak terjamak
Rasaku benar-benar sudah muak
Mendengar segala kilah seperti dahak

KEMESRAAN

Aku merindukanmu juwitaku
Keelokanmu masih kuingat selalu
Saat pertama kali kita bertemu
Tiada kata ucap tuk merayu
Aku hanya menatap terpaku

JEBAKAN HATI

Cumbu rayumu sudah punah
Bingkai kata manismu sudah musnah
Kemesraanmu seperti anak panah
Namun busur ketulusanmu sudah patah
Sekali terlepas, bidikannyapun tak terarah

RINDUKU TETAP UTUH

Buaian serambi kenang
Menyeruak tajam menghujam
Bergayut membebani jejak
Halangi tindak tuk melangkah

MALAMMU

Masih teringat !!
Ketika kau menulis tentang malam
Tanpa sinar yang menghujam
Edarkan sepi dalam gelap
Ceritakan hening tak terbantah

PANGGUNG NGEYELMU

Panggung jenuhku
Kupenuhi dengan pudaran kata
Sejengkal kata kutoreh
Kubiarkan berarak memenuhi pentas
Menelaan dahaga kalimat

JEWET

Jelas sudah apa yang menjadi kisah
Jejak jelita senantiasa terukir indah
Jeritan merdu hempaskan gerah
Jalan terhampar terkikis oleh desah

KEKASIH HATI

Duhai kekasih hati
Dengarlah detak jantungku ini
Denyutanya terus menyambangi
Detakannya pun kencang tak terhenti

KEBIMBANGAN RASA

Ada rindu dibalik canda
Awan mencerna tiada tanda
Angan melayang mengurai kata
Kata berlantun iringi rasa

TERHANYUT

Gunjingan itu marayuku
Membelaiku dengan lembut
Menghangatkan ragaku dalam buaian
Menenggelamkan sadarku
Mengajarkanku menggapai lamunan

ENGKAULAH JUNJUNGAN SEJATI

Engkaulah Rasulullah SAW nabiku
Nabi akhir jaman yang aku rindu
Begitu agung untaian namamu
Membuat seluruh alam serasa tunduk padamu

LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULLAH

Tanda-tanda kelahiranmu sudah tertera nyata
Tanda-tanda kehadiranmu teramatlah terasa
Tanpa ada yang menjamak dan merawat
Ketika pohon-pohon kurma lama mengering
Tiba-tiba tumbuh daun yang lebat dan subur

MAHKOTA RAYUAN

Jenuh rasanya hati ini
Mengungkap kelakar berbingkai keladi
Kata mutiaramu sungguh tertata rapi
Berbasuh petuah mengungkap jati diri
Tenggelamkan sadar disela hati nurani

HILANG

Dimana harus mencari
Kiasan bait indah tak bisa ditelusuri
Hanya tinggal secuil serpihan hati
Menapaki jejak tanpa memiliki arti

RINDUKU

Rindu ini hanya sepenggal netra
Menyapa saat pesona hinggap
Melenakan hantaran rasa yang berdetak
Abaikan bingkai potret keindahan
Terkukuh ungkap sebatas pandang

KISAHKU NAN GELAP

Kugenggam lipatan waktu
Kuayunkan langkahku !!
Tuk mengikis kisah lampau
Agar pahatan takdir kisahku
Tak menuai harap dirudung pilu

GORESAN PUISI HATI

Aku sama sekali tak mengerti
Apa itu yang dinamakan diksi
Yang aku tahu dan kupahami
Hanya istilah yang bisa dimaknai

LANGKAH SEMU

Kubuka lembar demi lembar
Kusimak kata demi kata
Jiwa ini tiada bisa mengungkap
Menelaan kalimat tanpa bias

ALAP ALAP TERLUKA

Pandanganku membahana tajam
Menelusuri rongga rongga masa
Mencari mangsa penuh kebuasan

Kepakan sayap kelanaku
Tak segan hempaskan banyu
Melambung tinggi sesuka hati

CELOTEH HIDANGAN

Kusuguhkan secangkir keinginan
Kutuangkan madu kemesraan
Lalu kuaduk dengan kerinduan
Tangankupun bergerak ringan
Menelusuri jiwa secara perlahan

CURIGA

Dekaplah prasangka tak bertuan
Nikmati kehangatan dari usapannya
Berkhayalah menyulut dian tanpa tanda
Agar jawaban itu segera kau dapat
Menenggelamkanmu di antara bimbang

RASAKU RASAMU

Izinkan aku menyapamu dalam keheningan
Melaburi rasa dengan kedamaian
Walau raga kita terpisah oleh jarak
Namun jiwa ini seakan terpatri jadi satu

SI RAJA NISTA

Gemuruh bara merajam
Hempaskan bulir kesadaran
Lengahkan jiwa tak terbantah

Percikan dahaga kelam
Bersambut disela tantangan
Sepasang hasta telah terbuka

CINTA LAKSANA ALIRAN SUNGAI

Aku ingin mencintaimu ..
Seperti sungai mengalir dengan bebas
Tanpa hambatan yang terkekang
Tanpa kendala yang hanyut tanpa arah

MAWAR PUJAAN

Bingkai mawar dalam pelukan
Izinkan aku meminangmu dengan separuh raga
Izinkan aku mengungkap segala rasa
Menghiasi dengan keindahan tak tergantikan

BERSELEMPANG NODA

Aku relakan
Kebutaan ini merajam
Menenggelamkan angan
Dalam keinginan tanpa diam

BETARI DURGA

Ketika kau berucap
Akulah sang betari durga
Rasa ini seakan bergoncang
Jiwa ini seolah meradang
Ingin rasanya daku mendekat
Merasakan sentuhan kasar menggelora

GURATAN PESONA

Gemulai guratan diwajahmu
Memijarkan pesona simalakama
Ketetapan masa yang kau pijak
Tak menggerus keanggunan rasa

MATAMU LAKSANA GERIMIS

Sepasang matamu laksana gerimis
Bercurah kasih dengan curahan rintik
Pancaran sinarnya laksana mentari
Memeluk mesra penuh kesetiaan
Membelai sejuk melengahkan rasa

GEMURUH RASA

Gemuruh sajak menggema dalam riuh debaran
Seperti kembang api melesakkan ledakan
Kelam senja menjelma bertabur cahaya harap
Membuat diri ini hanyut menunda lelap

SEPORSI RASA

Seporsi ikatan rasa yang ku hidangkan
Semoga bisa dijadikan bingkisan kasih dan sayang
Seperti mulutmu melumat iris senyum di ujung bibirku
Seperti sorot matamu yang menari dalam kemesraan

BADAI KASIHKU

Tumbuhnya gugusan bintang
Menyeruak tajam tanpa lenggang
Mengusik kelam di antara terang
Ada seggengam tanya dalam kenang
Membiaskan asa diambang kekang

WUJUD PERTAPA LINGLUNG

Nikmatnya jadi pertapa linglung
Terobsesi dari watak mudah bingung
Meramu buah kata tiada terbendung
Serumpun kata kias jadi senandung

ENGKAULAH ARSHAKU

Mana cahaya senyummu

Mana untaian rindumu

Kemilau mentariku seakan luluh

Memendam rasa bercampur keluh

PILIH YANG KAU SUKA

Entah, mana yang kau suka
Sanjungan basi bermahkotakan mutiara
Ataukah, kekata harum beralaskan bara

LEPASKAN DAHAGAMU

Haiii, Kau yang jauh disana
Tekuni saja symphoni yang mendekat
Nikmati saja tindak pengganti kisah
Masa berlalupun tak dapat dicegah

HIDANGAN CINTA

Adakalanya senja itu
Hanya sekumpulan awan beriringan
Hadirnyapun tak bermakna hujan
Seperti lukisan mati
Lataran warnanya tak lagi hidup
Laksana hiasan yang tak indah lagi
Karena curahannya sudah usang

PADA SIAPA !!

Dimana aku harus mengadu
Tempat bercurahpun sudah menjauhiku
Seonak noda membuat DIA cemburu
Menyingkirkan ketenangan dalam bhatinku

AKU ADALAH AKU

Malamku tetap jadi malamku
Tiada kegelapan yang bisa menyatu
Tiada penerang yang bisa menghalauku
Jiwa kotor ini hanyalah milikku
Jangan berdhalil untuk melepas dahagaku

AKSARA PAGI

Aksara pagiku lama sudah hilang
Tinta inspirasiku pun terasa sudah usang
Tiada jejak langkah yang bisa dipampang
Semua terhempas bersama bayang

HANYA KAMU

Di tepian lembah jendela hati
Gemuruh angin menyapa tanpa henti
Perlahan-lahan berjalan menapaki
Menelusuri kehendak hasrat tak terganti

AKSARA SEMU

Hati gelisah seakan tak tertahan
Kalimat tercipta tak bisa dirasakan
Pesona aksaraku hanyalah hiasan
Tiada keanggunan dalam pemamparan
Kata tertata mewakili senggenggam ungkapan

INSAN PENDOZA

Dengarkan pesan ku ini
Agar kau tak menyesali
Bila itu harus terjadi
Anggaplah itu sebuah mimpi
Dan jangan merasakan sakit hati

CINTA KASIH MURNI

Kuumpat kepedihan ini
Kuejek ketegaran hati ini
Mengapa harus merasakan tersakiti
Mengapa harus lunglai tanpa semangat lagi

TAKBIR RINDU

Ku izinkan kau mengucap kata rindu
Agar gelora hatimu bisa berseteru
Ketika bulir-bulir rindu itu !!
Menyapamu dengan usapan lembut
Cepat kau sambut dan kau rengut

KALIMAT TAK BERMAKNA

Bolehkah aku bingkiskan sepenggal kata
Kata melangkah tak bisa di cerna
Terkadang kata berlenggang seenaknya
Terkadang pula bereaksi penuh dahaga

TERIKAT KASIH

Bercak canda itu masih membekas
Melebur utuh di antara bait kisah
Tiada penyeka penuntas cerita
Walau bertabur kenang
Getarannya masih merambat nyata

SAMUDRA KASIH

Pelukanmu itu !!

Ibarat samudera penuh keindahan

Setiap waktu menghanyutkan dera

Menenggelamkan segala daya

Menguburkan resah di pesisirnya

ANGGUNNYA DIRIMU

Rumbai kasih menjuntai samar
Menggapai impian bertakhta setia
Wajah cantik yang ku pandang
Menata kisah merangkai kelopak

BEJANA KATA

Langkah berkelana menapak jiwa
Mendulang rasa tanpa dirasa
Senja berkelakar mengais asa
Membingkai duka berajutkan duka

SAMUDRA BODOH

Lihat disana !!
Dengarkan rintihan riak menggumpal
Deburannya sangat mengguncang
Meruntuhkan narasi diambang sadar

PERTAPA LINGLUNG

Berlenggang dalam peraduan
Meniti atma yang sudah rebah
Jiwa merana hati bimbang
Menyikap kelam di antara cahaya

KELADI SESAT

Getar menggocang
Ratapan sepasang pendoza
Terdengar menggelegar

1 NYAWA 1000 KORBAN

Itulah si pendoza
Larik tindaknya
Tak bisa di kira
Berlagak tegar perkasa
Merangas siapa jadi penghalang

RASA DAHAGA

Aku wujud insan pendoza
Tiada pernah berhenti tanpa noda
Ketika tangisan duka merona
Jiwaku tertawa penuh jumawa

AKU PASTI AKAN DATANG

Sambaran kilat itu !!
Masih terdengar keras membahana
Menggetarkan sadar dalam lelap
Diri ini tak bisa menata ucap
Hanya pandangan bertaburkan heran

BERSAMA MENYATU TERGODA IMPIAN

     Cahaya cinta menghias sukma
          Jingga membias asmara
                   Permata jiwa
                       Bersama

BARA RINDU

Hamparan ilusi ini berdetak perlahan
Menyisir rumbai dipenghujung angan
Ada secerca sapa mulai berpelukan
Mengedarkan kisah tak tergantikan

SADARLAH

Terjadi kabar yang menggemparkan

Alam di pijak tak lagi mau bersahabat

Keluh kesah sudah lagi tak berguna

Kelam keronta mengguncangkan

Rasa iba tak lagi mau menyapa

LENGAH

Langkah berayun menelusuri detak
Sapa beralun singkirkan tindak
Rasa bimbang terasa makin merebak
Tebarlan kemilau yang mengerak

RATU RIMBA CINTAKU

Kau memang sangar
Watakmu sungguh liar
Lagakmu teramat brutal
Mahkota keangkuhanmu
Berkilau penuh kesadisan

ASMARA TERJEDA

Ada bening kelopak pada embun pagi
Hanyutkan sadar meniti narasi
Ada seonggak bias mentari
Mengintip di antara dedauanan resah

GURATAN TERAKHIR

Lengkap sudah dengan kehadiran
Menuai makna dalam persinggahan
Diam, membisu tanpa kesan
Tak akan ada lagi bingkai goresan
Tak ada lagi tuangan curahan

IRAMA SOPLAX

Awan tak lagi bersahabat
Udara terasa mengumpat
Jalan-jalan terasa penat

Kebutaan ini kupeluk penuh pesona
Hilangkan bercak kilatan dalam tanya
Dongakan kepala menutup telinga

MIMPI YANG TERBUANG

Sebelum waktu menjauhiku
Biarlah kukupas akan kisah semu
Mengisahkan kisah cinta bertalu
Menjadi penghias ruang dan waktu

SAJADAH

Sajadah tak mungkin teringkari
Langkah bergayut selalu diiringi
Sungguh aku sangat menyadari
Hamparannya tak bisa di pungkiri
Apalagi tuk memuaskan gelora api

KOPI SIALAN

Pagi ini, ada yang mengoda
Entah kenapa kepul wangi kopiku
Terasa candu bau tubuhmu

ARAH HIDUP TERSUMBAT PASRAH

Arah
Samar berliku
Nafas meraih gundah
Anganku terkabut merinai kalut

BINGKAI LENTERA AKSARA RINDU

Penyekat jiwa menggapai rasa
Menepatkan seuntai kata
Batas bertepi
Bingkai

RANGSANGAN SADAR

Jiwa terasa terangsang
Menengok asri persawahan
Sumilir angin terlelap
Hilangkan penat sekejapan

IMPIAN SIALAN

Ombak mendayu sendu
Tenggelam kedasar rindu
Toreh aksara sembilu
Tajam mengiris kalbu

MERENUNG

Diam membisu penuh hening
Menyingkap rasa dahaga diri
Membuai mimpi tak bertuan
Nelantarkan qalam diambang lengah

BUSUR PETAKA

Busur aksara muslihatmu
Berlapiskan buaian manja
Indah beronce rupawan
Wujudnya halus mempesona

SELAMAT MALAM LUKA

Memeluk malam sepi
Berbalut hati kian tepi
Membayang gelap sunyi
Merindu luka  diri

KERINDUAN

Tiada rasa selera di pagiku
Kepulan asap sigaret ditangan
Melukis hamparan rindu terkekang
Senyum meradang mengingat kenang
Melafadzkan seuntai nama juwita

KISAH RINDU

Rumah mungil jadi saksi
Berkelana kata bercanda ria
Riuh waktu hilangkan duka
Usik semangat berbalas sapa
Meluangkan salam tak tertera

NYATA NAMUN SAMAR

Di antara renungan malam
Aku bersyukur akan pembuktian
Aku bersuka akan kenyataan
Hati lepas tanpa kekang

DO'A TERBAIKKU

Detak waktu bergullir tiada tipu
Masa menetap tak terbuai oleh ragu
Jejak langkah kusam sudah lama berlalu
Menyisahkan dahaga yang tak lagi bersetru

PUJAAN HATI

Sketsa wajahmu selalu membayangi
Seditik melangkah tak mau terhenti
Senyum teriring bak setangkai melati
Semerbak aroman tiada henti menghantui

SENYUM MENGGODA

Gerak gemulai senyummu
Berhias berbingkai pesona
Lenyapkan segala gundah
Meyisihkan kemilau duka

SANG PUJAAN

Indah wujudmu
Mungil nian hamparan pesonamu
Jantung ini berdegup kencang
Saat engkau tersenyum malu

DZIKIR MERAIH JATI DIRI

Pelantun jiwa pelepas dahaga
Panjatkan do'a untuk sang pemilik semesta
Perangkai tindak tak lepas tuk berserah
Pelengkap rasa syukur atas segala karunia

SALAM KENAL - 01

Pena aksaraku patah
Seikat kalimatku hampir musnah
Namun, tiada penghalang tuk bersua
Walau hanya sebatas bait kata

SI MUNGIL KECIL

Si mungil kecil 

Di sudut ke asrian desa

Dia berjalan ikuti langkah

Senyum terkembang 

Menyambut serambi mentari

SIMFONI JIWA

Kelam menggoda
Hantarkan resah diujung asa
Bait senja kian merebak
Meniti ilusi tanpa tanda

PENGUKIR LARA

Ku yakin dirimu ada
Namun adanya kamu tetap tak kurasa
Jiwamu begitu pongah
Menepis tindak berselempang nista
Menoreh luka tanpa memejamkan mata

ENTAH

Entah berapa lama !!
Kepura-puraan itu melekat dalam uraian kedok rasa
Sampai-sampai senandung jiwa ini
Terkekang erat dalam kesemuan

PERCAYALAH

Banyangan senja selalu menyatu
Kehadirannya perselempangkan rindu
Sang senja selalu menyapa sendu
Walau melintas dan berlalu
Getarannya terasa menggebu

KEMERDEKAAN SEMU

Hamparan bumi pertiwi jadi saksi
Mencatat sejarah sebagai tanda bukti
Pejuang sejati menoreh onak dan duri
Bela kedaulatan dengan sepenuh hati
Taruhkan jiwa raga sampai ajal menghampiri

AKU TUNGGU

Kehadiranmu memang selalu kutunggu
Untaian sapamu selalu aku rindu
Walau rasa cemburu ini masih membelenggu
Namun hasrat ini tak bisa tuk bersetru

AKU MEMANG BODOH

Seandainya !!
Bisa kurenguk rasa dahaga ini
Pasti akan kucurahkan dengan sepenuh jiwa
Akan aku tumpahkan kehausanku
Bersama serpihan bayang yang terabaikan

SENJA DALAM RINDU

Kubangun senja dipucuk cemara
Ada kemilau embun yang menetap
Ketika ratapan rindu mulai menyapa
Senjapun berlalu tanpa lenggang
Meninggalkan senyum yang merona

SEKELUMIT HASRAT

Tergiur aku tuk merayumu
Terkadang hasrat ini menggelitik kalbu
Langkah berayun hilangkan ragu
Wajah ayumu terlihat begitu lugu
Membuat hasratku dirundung rindu

KELETIHAN HATI - 03

Malulah wahai engkau hatiku
Malulah kamu pada mereka yang merasa letih
Akan tetapi keletihan yang mereka rasakan
Selalu dimaknai sebagai keletihan teramat nikmat

KELETIHAN HATI - 02

Keletihanku selama ini
Tak sebanding dengan keletihan mereka
Didalam keletihan itu
Mereka tak pernah bosan
Menapaki jalan dalam kehidupan ini.

KELETIHAN HATI - 01

Duhai hatiku yang penuh bimbang
Mengapa kau harus berputus asa
Mencela segala dera yang datang
Mengolok-olok prihal yang tak berkenan

CAHAYA MALAIKAT MUNGIL

Saat berada dalam satu hembusan nafas
Gerak dalam ucapmu begitu jelas
Walau hanya sekilas
Engkau selalu memberi tanda
Merangkum gerak dengan penuh makna

PENGUASA HATI

Sungguh ku akui
Engkaulah dewi penguasa hati
Walau kisah kasih sudah kau nodai
Namun diri ini !!
Tetap tak bisa menghindari

BUKAN UNTUKMU

Acap kali kenang itu menyapa

Menelantarkan jiwa dirundung lara

Hari berlalu bergayut di antara pilu

Senyum melintas laksana sembilu

RINDU TERHEMPAS

Walau hanya sebatas angan
Boleh kiranya aku tetap memujamu
Menghayalkan tentang pesona dirimu
Memimpikan akan kehadiranmu
Memanjakanmu dalam bingkai aksara

SEAFOOD

Rasa sayang ini tak pernah surut
Walau rindu ini sudah menjadi akut
Namun diri ini masih merasa takut
Membingkai kisah yang terlanjur kusut

INGIN RASANYA !!

Aku tak bisa mengelak
Rindu ini selalu bergayut nakal
Menyingsingkan segala keraguan
Menggelitik kalbu tuk bersama
Menetramkan sadar walau terluka

AKU CEMBURU !!

Aku cemburu pada wajah cantikmu
Kerap edarkan senyum tawarkan cumbu
Membuat hati seakan dirundung pilu
Merasakan senyummu laksana sembilu
Bebas dinikmati dengan setangkup rindu

GURATAN SUNYI

Cantik nian dikau sang senja

Guratan senyummu senantiasa menghias
Tiada rasa bosan tuk memandang
Hati ku terpuruk dalam kumbangan rasa
Terikat erat tanpa bisa terlepas

PELITA HATI

Kau rela menjadi pelitaku
Menjadi penerang di kala aku pilu
Mengarahkan aku tuk melangkah
Di saat diri ini merasakan gundah

PENEBAR NODA

Dikala sepasang netra memandang tajam
Saat itulah !!
Seberkas jilatan api penghancur bebas lepas dari genggaman
Tiada kehendak yang dapat menghalangi langkah
Tiada tindakan yang dapat menghalau tindakan

CINTA PUTIH

Sekuntum bunga putih telah tumbuh
Bermekaran dihamparan taman hati
Kelopaknya ringan bersahaja
Terhias kuncup indah mempesona
Mengurai tentram namun tak tampak

PENGGODA MAYA

Coreng cemoreng wajah pengecut
Bertingkah bagaikan seorang bayi
Berlagak bak penyelaras sejati
Berwajah culas bermanik penghasut

RUMUS TEORI KISAH

Seberapa banyak !!
Hitungan sepi itu telah kau hitung
Apakah sudah memenuhi lembaran kisah
Ataukah sudah menemukan jumlahnya
Dengan rumusan apa kau edar ??

RINDU MEREDAM

Kaukah yang menggenggam rembulan
Yang kau selipkan dibingkai jendela rasa
Lalu kau hiasi bias pantulannya
Dengan bara bait penuh kerinduan

KELOPAK CINTA

Pada kelopak cinta
Rinduku tersimpan rapat
Tak akan memberai nyata
Walau hati harus tersayat

MENGUKIR JANJI

Kau bagaikan kelopak rasa
Meramu duka penuh senyuman
Adamu kembali mengubah jiwa
Menanam kasih pada lembah impian

MASA PENUH NODA

Lembaran kelam telah kubuka
Bait perbaitnya telah kubaca
Satu demi satu kusimak cerita
Hantarkan jiwa berkalang dosa

NODA TANPA KATA

Lembar nistaku berkalang noda
Mendera kelam di ambang dahaga
Mataku nanar memandnag indahnya
Menanam hasrat bangkitkan gelora

KEPOLOSAN BIADAB

Adamu cukup indah melengkapi
Hadir sekilas ajarkan rasa benci
Rasa cemburu jelas menggenapi
Membawaku tetap berlabuh ke tepi

EGO ASMARALOKA

Di ujung senja, asaku menggerutu
Menekan rindu kian menggebu
Gelora jiwa seolah tiada berseteru
Mencemooh hasrat mencibir pilu
Menahan gejolak pada bait resahku

ALIRAN MESRA

Duhaaaai juwita !!
Dalam hati dikau tetaplah menjadi idola
Waktuku seakan tersita demi menanti sebuah sapa
Aku tidak peduli orang lain menganggap diri ini apa ??
Yang terpenting di antara kita tetap bercanda mesra

T O P E N G

Betapa nikmatnya !!
Memiliki berjuta wajah dibalik topeng
Pencerminannya seperti kabut semu
Bisa dilihat namun tak bisa di rasa
Walau hanya sekilas dalam angan

NASEHAT DIRI

Sebatas mana aksara tertuang
Sebait kata berasa jadi timpang
Bukan kalimat yang dipandang
Uraian langkah harus bisa dikenang

MATA SIALAN

Aku coba menyapa mesra
Namun dirimu justru terjelabak
Aku coba mengusap manja
Namun dirimu kerap memberontak

SEBELUM DIPAKSA !!

Sebelum dipaksa merawat orang tua
Rawatlah dia dengan rasa suka
Sebab kalau dia ??
Sedang berbaring sakit tak bisa apa apa
Rasa suka untuk merawat beliau
Terkadang berganti dengan terpaksa

SIRNANYA SANG SENJA

Senja sudah mulai berpulang
Mengikis asa tanpa harus terulang
Rasa iba tak lagi bisa di pampang
Menenggelamkan kenang
Mematahkan keinginan tanpa bayang

BUNGA RINDU

Andai kultum aromamu berbias
Tanpa terpejam, akan ku hirup
Semerbak harumnya senyumanmu itu

PECUNDANG LAKNAT

Boleh sekiranya ??
Aku sebut dirimu pencundang
Wujudmu memang penuh keindahan
Kau laksana sekuntum mawar
Cantik, anggun, namun berduri

KESADARAN

Yaa Allah yaa Tuhan
Limpahkan segala rahmat-MU
Izinkan hamba tuk memohon
Tolong kirimkan pada hamba
Selembar kertas dan pena tajam

H A M P A

Adakalanya senja itu ??
Cuma sekumpulan awan berarak
Melangkah beriring tanpa makna
Hujanpun malu tuk menyapa
Hanya sekilas pijaran sebagai tanda

KISAH USANG

Ketika usapan manjamu membelai jiwa
Rasa ini seakan diam tak berdaya
Nada suaramu bergetar manja
Mengalun sejuk hempaskan jiwa
Meratakan sadar dalam meredam murka

KISAH KASIH PALSU

Adakah jawab tanpa tanya ??
Adakah rindu tanpa cinta ??
Inilah yang saat ini aku rasa

PENGORBANAN RASA

Ibarat pena mengisi selembar kertas
Torehanya begitu indah diatas kanvas
Alur ungkapannya terasa bebas lepas
Tanpa terkekang dengan segala kias
Begitulah renungan rasaku tanpa batas

ASMARA NADA SUMBANG

Menyimak rintihan tembang tresna
Menyelinap tajam di sela rasa
Ada degup menggelitik jiwa
Detak romansa terlihat nyata
Mengulas kelam di balik dahaga

SIKSAAN KATA

Aku tak bertanya
Buat apa kau bercerita
Percuma kau berkata ada duka
Nyatanya kau terlihat ceria

SIRNANYA RINDU

Duhai juwita tempatku memuja
Adakah cercaan yang kau rasa
Apakah ada tanda yang kau tanya
Atau sekelumit kalimat yang kau asa
Tanyalah tanpa ada prasangka

SIRNANYA RISALAH 2

Untukmu wahai anak negeri
Mengapa prilakumu seperti ini
Kau abaikan tuntunan risalah Ilahi
Kau tenggelamkan wujud jati diri
Kau cuma menuruti bisikan nafsu insani

CATATAN MASA

Catatan senja sudah tertera jelas
Guratan tapak tak bisa dikias
Ketetapan jiwa tak lagi bisa dipapar
Meraih tindak diantara guratan samar
Mengolah lidah hanya tuk berkoar

SIRNANYA RASA

Ada rindu menggumpal jauh
Merinai senja diantara sauh
Hati meratap berkalung gelisah
Berlenggang diam memintal resah
Melukis dahak tanpa meraih indah

SIRNANYA RISALAH

Kelakar negeri kini meronta ruah
Menyimak rona hitam menjadi indah
Qultum jiwa tak bisa lagi memilah
Tipu daya melangkah tanpa kesah
Singkirkan makna dari sebuah akidah

GUNDAH

Yang tertinggal hanya sebuah bayang
Segenggam asah terasa melayang
Tiada lagi yang bisa mengekang

PUJANGGA GIRAS

Aku hanyalah pujangga giras
Berselimutkan lara tanpa ada makna
Celotehku sudah tak bisa lagi di kias
Sekali mengupas ungkapan rasa
Torehannya selalu berbantal duka

SYAIR RASAKU

Untaian puing-puing asmara

Mengukir senja diantara lara

Mengabarkan impian diantara duka

Menelantarkan harap tiada menjelma

Hanya rasaku yang tertinggal tanpa cinta

DILEMA DUKA

Betapa tentramnya hati ini
Bila dalam wujud cinta yang kau bingkai
Bisa membuatku takluk
Menikmati resapan hari yang aku renguk

KEBANGGANKU

Aku begitu bodoh memahami akan rasa
Apalagi mengupas rindu yang menjelma
Tangkai ketulusanku tak begitu kokoh
Hingga saat ini aku masih merasa bodoh

KUNCUP CINTA

Kharisma pesona yang engkau miliki
Menenggelamkan jiwa nan murni
Jiwaku benar-benar terpanah
Menikmati wujud dirimu nan indah
Dengan segala kekontrasan yang tak di ubah

IMAJINASI JIWA

Banyak lautan berduri yang aku arungi
Namun sangat ku yakini
Tiada rasa setia yang bisa aku nikmati
Kehampaan jiwa yang aku seberangi
Mengalihkan arah tuk mendekati cinta suci

WANITA

Dikala engkau dipandang lemah
Engkau hanya tersenyum ramah
Ketika engkau tertekan dan tertindas
Engkau hanya pasrah penuh ikhlas
Tanpa ada dendam tuk membalas

PELITA

Aku rela menjadi pelitamu
Menjadi penerang di kala kau pilu
Mengarahkan kau kau tuk langkah
Di saat engkau merasakan gundah

SANDIWARA

Hai bidadari penjilma rindu
Bila aku salah saat memujamu
Maafkan diriku disela serambi kalbu
Karena memang aku tak tahu malu

KUPU KUPU RINDU

Wahai kupu-kupu rindu
Mengapa engkau terlihat murung
Adakah kelam yang mengusikmu
Hingga kau tak bisa lagi bersenandung

PENGUASA SEJATI

Di hamparan sajadah tak bertuah
Aku tertunduk lesuh diantara cahaya terindah
Tangisan sesalku seakan pecah
Membahana penuh keluh kesah
Meruntuhkan khilaf disela rasa angkuh

SEKEPING DO'A

Desahan coretan pena pagi
Awali kuncup kecerahan dihari ini
Celoteh si burung kenari
Terasa ikut menyambangi
Sambut bias kehangatan mentari

KEBODOHAN

Sebuah kebodohan
Bila mempercayai kepura-puraan
Sebuah ketololan
Bila terpancing dengan kedustaan

M A A F

Ketika diri ini berenang di samudra kelam
Rasa sadar seakan sudah tenggelam
Torehan noda sudah terlihat kusam
Curahannya hanya bisa aku jadikan kalam

LANTUNAN LARA

Tataplah dirimu dalam sekeping dusta
Apakah engkau masih bernafas lega
Bisakah dirimu menyangkal akan duka
Andaikan dirimu itu aku
Pasti engkau dapat merasakan deritaku

RASA MALUKU

Desiran untaian kata indahmu itu
Laksana butiran embun menyirami kalbu
Walau petikannya terdengar sumbang
Namun geterannya membawaku terbang
Merajut harap di cela impian penuh kelakar

API CEMBURU

Bias rindu ini, samar tak berbekas
Seperti debu yang kutuang di atas kanfas
Ungkapan ini, tak lagi bisa terjamak
Walau terkesan tak tampak
Rasa yang tersimpan bisa terkuak

SESALKU

Kala diri ini mulai terjebak
Getaran didada makin sesak
Kesadaran diripun makin terdesak
Tiada guna mengiringi dengan isak
Akhirnya kembali pada yang berhak

KETAHUAN

Ketika mulut terdiam tanpa kata
Hamparan sadar merebak penuh asa
Tiada ungkap menjelma dalam rasa
Hasrat terasa berteriak dan meronta
Melepas dahaga yang kian menggoda

ASMARA MEMBARA

Kita memang pernah mengais cinta
Mendekap rindu dengan penuh bara
Disini, dihamparkan rerumputan
Engkau berbalas cumbu dalam pelukan
Mengukir kemesraan tanpa perkataan

KENDALIKU

Tetaplah memandang kedepan
Walau ada suguhan menjanjikan
Jangan alihkan pandangan
Abaikan senyum yang menghias
Tanggalkan nilai yang terkias

HADIRMU

Bulir-bulir aksara senjamu
Berdendang mengusik ragu
Menghempaskan rasa dalam pilu
Menyuarakan syair-syair semu

BINGKAI MASAKU

Degup kelengaanku mengukir senja
Mencatat kalimat lepas dari makna
Memyibak aksara tanpa kata
Menghempaskan keinginan berayun asa

PENGELANA KATA

Akulah pengelana kata tunggal
Tanpa rasa berucap syair sepenggal
Meniti langkah tanpa rasa lenggang
Jiwa berdiam sukma merenggang

KHILAF TIADA AKHIR

Dahagaku menjelma hampir selangkah
Bertingkah bebas laksana sang rubah
Musim berganti jiwa tetap tak berubah
Mengukir noda dalam setiap tingkah

SUARA HATI

Adakah cinta yang tak tergantikan
Adakah ketulusan sesuai penempatan
Terkadang demi menyambut keambisian
Kesadaran diri harus tergadaikan

KEKASIH HATI

Rona parasmu sungguh indah terpahat
Membingkai sejuk tanpa bisa tersemat
Rindu ini kian hari kian membalut rapat
Merinai rasa rindu yang mulai sekarat

UNDANGAN USIA

Kering kerontang jiwa bersambut rabun
Ketajaman rasa bersamar pikun
Senjapun datang penuh dengan santun
Menyapa mesra ilalang di atas ubun

IKATAN TERPATRI

Degup rasa perpijar penuh makna
Naungi jiwa mengikat tali keakraban
Hasrat berkembang menuai ketulusan
Saling meniti, perhatianpun tercipta

JIWA TERJEBAK

Pada mulanya !!
Keinginan rasa hanya tuk berteman
Ijuk tindakan menjadi dasar tingkah
Tiada lagi ada batasan yang berpijar
Melangkah pasti, wujudkan keegoan

MENAPAK SADAR

Tiada bosan diri ini melabur titah
Getaran merambat, jiwa raih tenang
Tiada lagi hasrat yang terpampang
Hempaskan kelam, sirnakan resah

MERINAI SABDA

Nada sumbang yang terdengar
Hentakan sadar, sambut nestapa
Tiada lagi asa yang bisa mencerca
Bulu di raga, serasa diam abaikan pijar

CINTAMU SUDAH MENJAUH

Seonggak bias cerita senja
Tertuang rapi di sekitar pelataran
Curahannya, tak bisa di perkirakan
Rambatannya, meresap tanpa sapa

TETAP UNTUKMU

Aku masih tetap disini
Tak akan bergeming walaupun se inchi
Rasa ini seolah-olah sudah terpatri
Menyingsingkan keranda diantara sunyi

TUAN PENEBAR PESONA

Tuan, bila ada ganjalan dihati
Silahkan anda ajuhkan tanya
Janganlah anda berdiam diri
Jawabanku pasti apa adanya
Tiada hal yang aku tutupi

ALANGKAH BAHAGIANYA

Betapa bahagianya hati ini !!
Ketika musim hujan asmara menyambangi
Kau bukakan payung kerinduan sepenuh hati
Kau bentangkan, dengan senyum yang mewarnai

DAHAGA AKAN CINTA

Kerinduan yang aku senandungkan !!
Tiada pernah susut tergerus keraguan
Tiada beralih menggapai godaan
Tiada memintal dengan bayangan lain

JIWA ASMARADANA

Pijakan ungkap yang kupintal !!
Terdengar indah, runtuhkan segala hayal
Hanyutkan praduga berlaburkan kesal
Tiada sedikit yang merasakan menyesal
Menyimak bait ungkap, beraromakan kekal

MAKNA DERITA

Dera semakin tajam menghujam !!
Memintal kisah di ambanng gelisah
Kaki ini jauh melangkah tanpa arah
Ayunan langkah tak temukan titik pasti

KUSUMASTUTI

Sepasang bola matamu itu begitu indah !!
Terpancar tulus, merendam segala resah
Hempaskan ragu, tiada lagi raih gelisah
Bias pancarannya, terasa begitu teduh
Hantarkan jiwa termenung, lupa akan keluh

SESAL MENDERA

Rasa ini, tetap utuh menyatu !!
Merangkai senja penuh dengan cumbu
Memintal asa sepanjang waktu
Tiada lagi ulasan pijarann bujuk rayu
Yang hanya hantarkan kelam menyapa pilu

BEKAL NANTI

Sudah lama kau tenggelam !!
Memyiksa rasa mengukir kisah kelam
Hanyutkan sadar meniti bias suram
Tapi kau tetap saja tenggelam !!
Senantiasa bangga dengan yang kau tanam

TIADA LAGI PELUANG

Pijaran dusta yang kau sapa !!
Tiada henti melabur pedih tak terkira
Rasa sakit terajam masih mendera
Menyambangi pori-pori di relung jiwa
Mengukir kisah di penuhi dengan lara

BELENGGU ASMARA

Janganlah membelengguku lagi !!
Jangan menggantungkan rasa ini
Rasa ini senantiasa setia menanti
Menunggu kehadiran tulus murni
Berpancar perhatian tak terganti

SEMBILU ASMARA

Tiada lagi aku kenali !!
Wajah cantik yang selalu membayangi
Menciptakan gelitik senyum di hati
Menjadikan puja di relung sanubari

ANTARA KAU DAN BAYANGANMU

Cukup puas, melihatmu sebagai bayang
Jejak mengurai mewarnai imajinasi rasa
Kuraba goresanmu sepenuh jiwa
Hantarkan hayal tanpa memiliki lenggang

RUGI DAN RUGI

Rugi !!
Kala abaikan sepoi kesejukan hati
Hadirkan sapaan kesombongan diri
Merintis ego mementingkan duniawi
Menapakan jejak mengejar harga diri

ARTI SAHABAT

Eratkan gengamanmu sobat
Agar jalinan ini tak pernah tersemat
walau keladi kata spontan terlintas
Semua hanya sebagai kata dalam kias

MEMBASUH KODRAT

Gemerlap cerita di balik rayuan
Menutupi nikmat sebatas angan
Menanggalkan sadar di antara tapak
Menghempaskan masa yang sudah nampak

JEJAK INSAF

Jemari maya menulis aksara
Jiwa nan papa mengurai senja
Tiada lagi kata mengusik makna
Semua terasa musnah mendekati hampa

BEKAL

Kuyakin, jalan ini pastilah terindah
Dimana aku bisa selalu menengadah
Melantunkan doa sebagai pelepas penat
Memohon petunjuk agar dijauhkan dari laknat

DUKA SANG SENJA

Hai bingkai senjaku
Adakah waktu yang bisa kau temui
Adakah hari yang mau kau gauli

BETARI LARA

Rasamu sudah tak tampak
Mengukir kata laksana dahak
Selera haus menguntit tamak
Bangkitkan hasrat untuk menjebak
Berkata basi bilang tak terjamak

KELAKARKU

Izinkan aku tuk mengenalmu
Biar aku tahu, siapa adanya kamu
Agar aku bisa memanjakan kamu
Menikmati siraman mesra dalam anganku

SEGALA TANYA

Sirna segala rasa
Lenyap segala bentuk usaha
Jikalau kamu bertanya
Rasa ini masih tetaplah ada
Tetap menunggu dengan asa
Tak beranjak walau termakan usia

BUKAN UNTUKKU

Ketika rindu ini menggelayut sendu
Ada pijaran nyata dibalik kelambu
Aku telan luka yang begitu menderu
Ada rasa nikmat disekitar pembuluh

AKSARA PUISI CINTA

Mungkinkah langkah ini berjalan serasi
Sedangkan gincu syairmu hanya memuja diri
Akankah kisah ini bisa berjalan seiring
Sedangkan kasihmu acapkali berpaling

DURI KESETIAAN

Entah bagaimana aku harus memulai
Menceritakan diri yang di rundung sepi
Tiada tempat yang bisa aku singgahi
Walau ada, itu sudah tak memiliki arti

COLETEHKU

Campakkan busana manjamu
Walau hatimu dirajam ragu
Jangan pernah menyapa dalam bisu
Teruslah menatap diantara semu

PENGABDI RINDU

Rinduku sudah tak terbantah !!
Detik berlalu edarkan kisah
Kisah kelam setia menyapa
Kultumkan noda diambang dera

RINDU MENGGEBU

Ayoo, kemarilah sayangku !!
Mari, bersama-sama kita menari
Di menara langit yang ada disana
Mari bersama kita nikmati

LENTERA RINDU

Malam ini, aku merindukanmu
Merindukan akan dekapan hangatmu
Rindu akan canda mesramu
Rindu dengan desah manjamu
Rindu dengan segala kemesraanmu

SANG BINTANG BIRU

Akulah sang bintang biru
Hadir menyapa terbelenggu rindu
Menghimpit rasa penuh malu
Langkah berpijak, berpeluk ragu

BINTANG PUJAAN

Seandainya, aku bisa meraih bintang
Pasti akan aku genggam dengan erat
Akan aku puja tanpa teriringi pekat
Namun sang bintang hanya bisa kupandang

DERU API AMARAH

Hujatan bait katamu tajam
Kilatan jiwa menjadi geram
Rasa gundah nyata merajam
Meradang, sadarku sudah karam
Noda jiwaku, makin tenggelam

NODA JATI DIRI

Retak kelakar noda menggores
Sadar luruh terasa terenguk
Rasa haus pijaran cahaya
Kian menoreh nyata di benak

SYAIRKU HANYA SAMPAH

Cukup kuisi, kotak sampahku
Dengan goresan aksara usangku
Kusimpan rapi sepanjang waktu
Agar tak leluasa menebarkan bau

BUNGA RINDUKU

Kusuntingkan bunga rindu untukmu
Kuwarnai semerbak direlung kalbu
Kusamarkan resahku di antara ragu
Sambut kehadiran penuh cumbu

TETAP MERINDU

Kutinggalkan jejak tanpa sapa
Kuurai rasa tanpa teraba
Rasa mati, terbelenggu duka
Hilangkan bias pancaran jiwa

SERAT WERKUDARA

Kesatria tegar tanpa tanding
Tiada gentar hadapi penghalang
Tiada mundur saat tertantang
Siap sambut lawan menerjang

H A N Y U T

Tanpa terasa, sinar senja telah  hadir
Menyimpan tindak yang jelas terukir
Setiap detik menunggu waktu bergulir
Menikmati rayapan, bak air mengalir

WASPADA

Lihatlah ilalang tumbuh subur disana
Simaklah diantara cela pada akarnya
Engkau akan menemukan canda tawa
Menyaksikan belalang yang lagi bercekrama

WUJUD JATI DIRI

Kabut gunda merajam kian lama kian tebal
Hempaskan keinginan tuk kelabui akal
Tiada apapun bersandang dalam kekal
Berpasrah diri itulah yang bisa dipintal

KULI MANDIRI

Beginilah nasib kuli mandiri
Bangun tidur seenaknya sendiri
Menu sarapan sesuai selera hati
Tanpa neko-neko alias anyi-anyi
Tak terikat aturan standart SNI

CINTA DARINYA

Indah nian akan ucapan kata cinta
Cinta memang teramat indah
Apa yang terjadi tak akan dapat dikira
Sekali menjelma, akan membawa berkah

KEPALSUAN

Ketika senjamu mulai menyambangi
Ada kemilau asa enggan tuk menerangi
Hanya ada seberkas sinar yang mau menanti
Itupun hanya sekilas, lalu beranjak pergi

D I R I M U

Tahukah kau bidadariku
Aku tetaplah memuja dirimu
Kau, pencetus dahaga di kalbu
Seteguk kurengut
Rasa haus belum juga susut

IMAJINASI HATI

Izinkan aku mencipta bulir imajinasi
Walau itu engkau sebut hanya mimpi
Tapi tetap aku renguk sepenuh hati
Agar adanya wujudmu takan terganti
Tetap aku sayangi sampai hari nanti

CINTA

Cinta laksana bulu perindu
Walau wujudnya sederhana dan cuma satu
Kasiatnya menghempaskan suasana semu
Karena cinta, tak mengenal ruang dan waktu

PILIHANKU

Derap langkah ini terasa berat
Mengkais keladi hati tak tersemat
Banyak sudah cerita menggapai laknat
Mendera jiwa diantara jalur sesat

KETETAPAN CINTA

Adakah waktu senggang 'tuk berbagi
Adakah masa yang bisa kutapaki
Detik bergulir hilangkan sunyi
Tiada pengganti di kala sepi
Tempatkan diri mengukir jejak sendiri

KEBODOHANKU

Aku sungguh tidak pernah mengerti
Apa itu SYARIAT yang anda maksudkan
Aku cuma bisa berusaha memahami
Akan arti pengorbanan yang BUNDA lakukan

RACUN MANISMU

Kata indahmu itu
Selalu bercerita tentang hujan rindu
Aku juga tidak tahu
Siapa sesungguhnya yang kau tujuh
Itupun, tetap menjadi mesteri bagiku

AKU TAHU

Sekelumit lantunan syair kata
Terasa tak asing bagi rasa
Getaran senjanya amatlah berasa
Mengupas tulus walau tak nyata

S E L O W

Sejenak ilusiku mengejek terselip tawa
Eidetik kenang kini sedang bersua
Luluhkan selaksa impian yang ter-asa
Obsolet rasaku sudah menuai tanda
Wajah anggun terpuja nyata telah sirna

RA JODOH

Rahasia hati tetap tersimpan
Asmara terpendam jadi idaman

INDONESIA PUSAKA

Indah nian tanah persada nusantara
Nuansa anggun tersimpan pesona
Degup jantung perjuangan tak terlupa
Onak duri terusir dari bumi merdeka

TIADA LUNTUR

Betapa bahagianya hati !!
Mengenang kebersamaan selama ini
Membina rasa melewati hari
Ciptakan rindu mewarnai mimpi

BINGKAI SYAIR BUNGA RINDU

Bingkai
Penyekat rasa
Menyimpan sejuta kenang
Membalur kisah mengenggam impian

PEJANTAN MENTAL KACANGAN

Gemulai tata bahasa bergema
Meliuk bait kata pesona
Aksara hikayat terpetik rona
Bingkiskan setetes pelebur dahaga

MENGULANG KISAH

Entah sampai kapan !!
Rindu ini dapat kusimpan
Kutempatkan pada sang pujaan
Nyatanya, rindu ini hanya bayangan

SRIKANDI MASA KINI

Lama nian kau tercampakkan !!
Lama pula kau terasingkan !!
Lama jua kau terlecehkan !!
Kau seolah telah tersingkirkan

BIDADARI NATURAL

Rona indahmu menghipnotis jiwa

Luruhkan mimpi berbenih asa

Getar rindumu samarkan ambigu

Hanyutkan hasrat menggeroti kalbu

INDRA PENGASIH

Asah, asih, asuh awalan utama
Mengurai pemula panca indra
Watak, merubah arahan rasa
Abaikan titah, pengendali atma

QIU QIU PENUH BAROKAH

Qiu qiu tetap bersahaja !!
Angka misteri penuh wibawa
Mengungkap nokta pelantun rasa
Angka keramat penetral sukma
Angka abadi penyimpan makna

SEJUTA ASAKU

Jangan salahkan bila rembulan harus diam
Walau suasana terlihat kelam
Bias curahannya tak lagi tenggelam
Tanpa sapanya, malampun tetap akan datang
Sang rembulan tetap akan memandang

PENGELANA USIA

Kehadiran pengelana usia
Tak lagi bisa di dikira
Alurnya tak terduga
Apalagi melalui tanda
Sekali dia menyapa
Baik suka maupun duka
Akan terhempas menjadi tiada

KICAU KETULISAN

Disela bait kata yang di suguhkan
Aksara pagi di balik embun
Senantiasa lenggang dengan kenyamanan
Rangkaian kalimat dalam sapaannya pun
Senantiasa membawa kesejukan

MANFAAT

Butiran kata laksana mata pedang
Sekali saja salah menghunus
Banyak nyawa kebenaran melayang
Tak ubahnya seperti pitutur nan tulus
Harus diingat bukan untuk dikenang

KEKECEWAANKI

Di pelataran bulan nan elok

Segumpal awan datang berarak

Cahayanya terasa tanpa bekas

Menyisihkan makna cerita tanpa kias

MASAKU BERLALU

Andai engkau bintang kemilau
Tak seorangpun aku izinkan memandangmu
Merasakan sentuhan kagum dari biasmu
Menikmati rambatan hangat dari sinarmu
Menjelajahi kemolekan dari wujudmu

KETAKUTANKU

Saat kau, menyapaku dengan tulus
Ketegaran nyaliku seakan jadi kurus
Mengungkap kata serasa tak fokus
Nada puisi indahpun terasa terputus

TANPA MELEMPAR TUDUH

Sungguh, aku teramat tahu

Noda yang engkau sandang itu

Menghambat ayunan langkahmu

Hatimu saat itu benar benar buntu

Apa yang engkau harap tetap tak ketemu

LANTUNAN ASA

Tanpa inspirasi pelantun rindu
Engkau hanyalah bayangan kelabu
Setiap sudut anganmu
Tak ubahnya sederetan syair semu
Tiada rasa untuk penyemangat kalbu

PUISIKU

Ketika mulut tak sanggup bicara
Jemari tangan sibuk menoreh kata
Merangkai huruf membentuk kalimat
Menempatkan ungkapan paling tepat
Di sela jemari tanpa bisa tersemat

SELIMUT RASA

Aku bercermin pada sepenggal kata
Walau hanya sekedar sisa aksara
Namun, bingkai ungkapannya tetap bermakna
Alur cerita yang disuguhkan tetap menjelma
Membentuk seuntai kalimat penuh dahaga

BARA ASMARA JIWA

Kuselami rintik hujan membasahi jiwa
Kurasakan denyut serapannya
Perlahan, namun menyisihkan segala lena
Hati seakan tenang tak terkira
Ada rasa dingin yang mulai menyapa

P E M A B U K

Akulah cermin pemabuk sejati
Hanyutkan jiwa raih kepuasan diri
Siapapun takkan bisa menghalangi
Lengkapi langkah turuti keinginan hati
Hiasi masa pada persinggahan nanti

TENTANG PUISI

Puisi itu membangun kata demi kata
Mengurai kalimat pada sisi yang berbeda
Menuangkan persinggahan kata dalam rasa
Menuntaskan pengembaraan melepas dahaga
Mengemban titah tanpa mengenal masa

SADAR DIRI

Coba pandangilah dedaunan kering disana
Engkau akan merasakan penat
Engkau akan melihat kesombongan
Engkau juga !!

HAYALANKU

Sungguhkah keindahan ini untukku
Ataukah hanya sekedar ulasan mimpi penghias harap
Lama nian aku merangkum asa
Penantian inipun !!

AMANAH ALAM

Jiwaku seakan meraung dan mendesis
Saat melihat bumiku bertindak bengis
Penghuni alampun seakan menangis
Melihat persada di guncang dengan tragis

KUMAAFKAN DIRIMU

Singgahan pesan yang engkau tuangkan
Telah kusimak dalam diamku
Rasaku terhenyak dalam untaian sesal
Tiada niatan yang terbesit untuk menjauhimu

KUMBANG KECERIAHAN

Kubiarkan hasrat ini berkreasi
Menapakkan jeruji janji di antara ucap
Agar engkau mengerti !!
Bukan kamu saja yang sanggup bertindak bodoh

KREASI HASRAT

Kubiarkan hasrat ini berkreasi
Menapakkan jeruji janji diantara ucap
Agar engkau mengerti !!
Bukan kamu saja yang sanggup bertindak bodoh

RINDU MENGAKAR

Sudah tidak kau kenali lagi kah !!
Derai air hujan yang mengguyur kemesraan
Tetesan air hujan membasahi  kemanjaan
Merangkai rindu tanpa memiliki keluh

BEBAN CINTAKU

Kuingin berteriak sekeras mungkin
Biar malamku tahu !!
Akan guncangan jiwa yang dilanda rindu
Yang setiap hari senantiasa mengusik kalbu

MASIH INGATKAH

Masih ingatkah !!
Akan keindahan tercipta disela kepingan malam
Kamu duduk termenung dengan tubuh basah kuyub
Kamu mengulas senyum mesra dalam belaian sayang

DEWI PENGUKIR LARA

Izinkan diri ini !!
Memujamu sebagai dewi penoreh lara
Kesejukan aroma manjamu !!
Menghanyutkan segala inspirasi sadar

PUASKANLAH

Kalau itu membuatmu terpuaskan

Lakukan apa yang mampu engkau lakukan
Jangan pernah ragu !!
Apalagi memiliki ganjalan walau sekejap

POHON CINTA BERBUAH RINDU

Untukmu hai kekasih impian
Bolehkah aku ajuhkan tanya
Sekiranya kapan, pohon cinta ini kau tanam
Dan sampai batas kapan !!
Aku bisa merasakan ranumnya buah rindu

PUISI RINDUMU

Semulir angin rindu menyapa sendu
Menata lembut melewati masa silih berganti
Bulan dan bintang jadi saksi abadi
Menyeka gemulai malam !!
Merasuk didalam selimut resah

SINDEN ASMARA

Terpetik irama berkalam rindu
Berdendang menyibak sang waktu
Ritmenya terdengar rancak bertalun
Bangkitkan gelora hati berlantun

Ｐ Ｉ Ｓ Ｃ Ｅ Ｓ

Ｐancaran elemen air nyata jadi penutuＰ
Ｐerintis gairah wujudkan sumber hiduＰ
Ｐemintal rasa tiada pernah raih reduＰ

ＭＵＮＤＵＲ ＡＬＯＮ ＡＬＯＮ

Ｍajas aksara melambaikan seulas bayanＧ
Ｕntaiannya tertata terikat teramat kencanＧ
Ｎabastala penggugah mimpi kini raih usanＧ
Ｄalam seonggok asa terlanjur terbentanＧ

DAHAGA KEPALSUAN

Indah nian perjalanan aksara menyibak
Sederetan kata berkumpul tuk disimak
Syair-syair datang menghujam seperti kerak
Halau inspirasi menjelma bernada serak

SAHABAT TERKASIH

Goresan langkah masihlah terasa
Membingkai kisah disela keceriaan
Canda riang iringi tapak masa
Hempaskan waktu tanpa dirasa

PREDATOR ASMARA

Pernahkah, kau tersapa kepedihan
Merasakan sakit karena kedustaan
Menahan dera hampa berkepanjangan
Melangkah, namun tak tahu pijakan

SYAIR HATI SALJU

Selaras tuk melangkah bersama
Yakin, akan bait bisikan jiwa
Aksara tajam menghiasi masa
Iringi tali persaudaraan tuk bersua
Rasa sejuk, simak aksara mengelana

UKIRAN SETIA

Getaran kasih ini tetap membiusku !!
Membisikan keindahan tiada pernah terjeda
Hantarkan kedamaian di relung jiwa
Membuatku tiada pernah berhenti terpaku

SANDIWARA HATI

Pernahkah, kau merasakan kepedihanku !!
Sanggupkah, kau menikmati derita yang menyapaku
Mengucap sesal, lebih mudah berayun penuhi waktu
Lenggangkan masa, palingkan kisah yang berlalu

MENTARI SEMANGATKU

Hari berganti, sambut sentuhan penuh warna
Kicau sang pujaan, datang tuk menyapa
Iringi langkah, sambut mentari penuh canda
Hadirkan kesejukkan, mencantumkan kisah mesra

JATUH CINTA

Rasa rindu ini sangatlah menggebu
Berhembus tulus tanpa kenal waktu
Laksana sapaan dari sang bayu
Mengurai sejuk tanpa kelakar semu

MAAFKAN BUNDA

Tanpa terasa, waktupun semakin berlalu
Masih terasa pula, saat tangan ini menggendongmu
Ada rasa rindu yang menyesakan dada
Masih terbayang jelas tak terlupa
Saat engkau tertidur pulas dalam pondongan bunda.

ASMARA KOPLAK

Andai dirimu seperti mainan odong odong
Akan aku hiasi dirimu bak kereta penampung kenang
Dalam wujud kesederhanaan visualmu
Akan aku tampilkan kreasi pemikat cumbu

SENJA TAK MENETAP

Tidak ada lagi pagi menjelang
Yang tersisa hanyalah bias mentari penyeka embun
Jejak keceriahan pagiku pun seakan sirna
Tergerus oleh masa yang mulai beranjak menghampiri

JEJAK TANDA TANYA

Belum cukupkah !!
Belaga kasih yang aku limpahkan
Sampai-sampai engkau !!
Menunai rasa marah yang berkelanjutan

LIHATLAH AKU

Rasa kelam yang pernah engkau raih.
Tak akan pernah membuatku mundur
Aku selalu siap untuk memulai bias dalam lara.
Membagi rasa demi memenuhi megah masamu

BERKILAH

Seringkali aku melihat kau seperti ini
Mengupas kisah senja yang lama lewat
Menelusuri jejak kelam yang tersemat
Menoreh segala prasangka di lubuk hati

KEJAM

Semua sudah terlambat !!
Seberapapun kemauanmu mencoba membenahi
Pada akhirnya engkau terjebak sendiri
Terbelenggu dengan segala keterpurukan

RANJAU KECULASAN

Tahukah kamu !!
Dengan bait cerita yang kau persembahkan
Yang kau toreh denganseulas senyuman
Kau banggakan sebagai kisah semu

INGAUAN PELANTUN JIWA

Di sela bait sajak yang aku rangkai
Aku tak ubahnya seperti hiasan usang
Yang tersisih dan sekedar tuk di pandang
Tanpa mau menjamak, apalagi tuk meresapi

ARUS CINTA

Jujur aku katakan !!
Dulu aku tak biasa dilimpahi cinta sebanyak itu.
Apalagi menerima bingkisan rindu yang meruah.
Rasa cinta dan rindu yang singgah

AKU MERASA

Jika kau tak  bisikan nada rindu
Bagaimana aku bisa tahu !!
Bisa menapak di antara hari untukmu
Mengurai kisah indah di kalbu

P E R G I

Ketika mendung ini aku bawa pergi
Ada segenggam rindu yang memberontak
Meronta keras dengan segenap benak
Edarkan rasa yang terlanjur tersakiti