SIRNANYA RISALAH

Kelakar negeri kini meronta ruah
Menyimak rona hitam menjadi indah
Qultum jiwa tak bisa lagi memilah
Tipu daya melangkah tanpa kesah
Singkirkan makna dari sebuah akidah

GUNDAH

Yang tertinggal hanya sebuah bayang
Segenggam asah terasa melayang
Tiada lagi yang bisa mengekang

PUJANGGA GIRAS

Aku hanyalah pujangga giras
Berselimutkan lara tanpa ada makna
Celotehku sudah tak bisa lagi di kias
Sekali mengupas ungkapan rasa
Torehannya selalu berbantal duka

SYAIR RASAKU

Untaian puing-puing asmara

Mengukir senja diantara lara

Mengabarkan impian diantara duka

Menelantarkan harap tiada menjelma

Hanya rasaku yang tertinggal tanpa cinta

DILEMA DUKA

Betapa tentramnya hati ini
Bila dalam wujud cinta yang kau bingkai
Bisa membuatku takluk
Menikmati resapan hari yang aku renguk

KEBANGGANKU

Aku begitu bodoh memahami akan rasa
Apalagi mengupas rindu yang menjelma
Tangkai ketulusanku tak begitu kokoh
Hingga saat ini aku masih merasa bodoh

KUNCUP CINTA

Kharisma pesona yang engkau miliki
Menenggelamkan jiwa nan murni
Jiwaku benar-benar terpanah
Menikmati wujud dirimu nan indah
Dengan segala kekontrasan yang tak di ubah

IMAJINASI JIWA

Banyak lautan berduri yang aku arungi
Namun sangat ku yakini
Tiada rasa setia yang bisa aku nikmati
Kehampaan jiwa yang aku seberangi
Mengalihkan arah tuk mendekati cinta suci

WANITA

Dikala engkau dipandang lemah
Engkau hanya tersenyum ramah
Ketika engkau tertekan dan tertindas
Engkau hanya pasrah penuh ikhlas
Tanpa ada dendam tuk membalas

PELITA

Aku rela menjadi pelitamu
Menjadi penerang di kala kau pilu
Mengarahkan kau kau tuk langkah
Di saat engkau merasakan gundah

SANDIWARA

Hai bidadari penjilma rindu
Bila aku salah saat memujamu
Maafkan diriku disela serambi kalbu
Karena memang aku tak tahu malu

KUPU KUPU RINDU

Wahai kupu-kupu rindu
Mengapa engkau terlihat murung
Adakah kelam yang mengusikmu
Hingga kau tak bisa lagi bersenandung

PENGUASA SEJATI

Di hamparan sajadah tak bertuah
Aku tertunduk lesuh diantara cahaya terindah
Tangisan sesalku seakan pecah
Membahana penuh keluh kesah
Meruntuhkan khilaf disela rasa angkuh

SEKEPING DO'A

Desahan coretan pena pagi
Awali kuncup kecerahan dihari ini
Celoteh si burung kenari
Terasa ikut menyambangi
Sambut bias kehangatan mentari

KEBODOHAN

Sebuah kebodohan
Bila mempercayai kepura-puraan
Sebuah ketololan
Bila terpancing dengan kedustaan

M A A F

Ketika diri ini berenang di samudra kelam
Rasa sadar seakan sudah tenggelam
Torehan noda sudah terlihat kusam
Curahannya hanya bisa aku jadikan kalam

LANTUNAN LARA

Tataplah dirimu dalam sekeping dusta
Apakah engkau masih bernafas lega
Bisakah dirimu menyangkal akan duka
Andaikan dirimu itu aku
Pasti engkau dapat merasakan deritaku

RASA MALUKU

Desiran untaian kata indahmu itu
Laksana butiran embun menyirami kalbu
Walau petikannya terdengar sumbang
Namun geterannya membawaku terbang
Merajut harap di cela impian penuh kelakar

API CEMBURU

Bias rindu ini, samar tak berbekas
Seperti debu yang kutuang di atas kanfas
Ungkapan ini, tak lagi bisa terjamak
Walau terkesan tak tampak
Rasa yang tersimpan bisa terkuak

SESALKU

Kala diri ini mulai terjebak
Getaran didada makin sesak
Kesadaran diripun makin terdesak
Tiada guna mengiringi dengan isak
Akhirnya kembali pada yang berhak

KETAHUAN

Ketika mulut terdiam tanpa kata
Hamparan sadar merebak penuh asa
Tiada ungkap menjelma dalam rasa
Hasrat terasa berteriak dan meronta
Melepas dahaga yang kian menggoda

ASMARA MEMBARA

Kita memang pernah mengais cinta
Mendekap rindu dengan penuh bara
Disini, dihamparkan rerumputan
Engkau berbalas cumbu dalam pelukan
Mengukir kemesraan tanpa perkataan

KENDALIKU

Tetaplah memandang kedepan
Walau ada suguhan menjanjikan
Jangan alihkan pandangan
Abaikan senyum yang menghias
Tanggalkan nilai yang terkias

HADIRMU

Bulir-bulir aksara senjamu
Berdendang mengusik ragu
Menghempaskan rasa dalam pilu
Menyuarakan syair-syair semu

BINGKAI MASAKU

Degup kelengaanku mengukir senja
Mencatat kalimat lepas dari makna
Memyibak aksara tanpa kata
Menghempaskan keinginan berayun asa

PENGELANA KATA

Akulah pengelana kata tunggal
Tanpa rasa berucap syair sepenggal
Meniti langkah tanpa rasa lenggang
Jiwa berdiam sukma merenggang

KHILAF TIADA AKHIR

Dahagaku menjelma hampir selangkah
Bertingkah bebas laksana sang rubah
Musim berganti jiwa tetap tak berubah
Mengukir noda dalam setiap tingkah

SUARA HATI

Adakah cinta yang tak tergantikan
Adakah ketulusan sesuai penempatan
Terkadang demi menyambut keambisian
Kesadaran diri harus tergadaikan

KEKASIH HATI

Rona parasmu sungguh indah terpahat
Membingkai sejuk tanpa bisa tersemat
Rindu ini kian hari kian membalut rapat
Merinai rasa rindu yang mulai sekarat

UNDANGAN USIA

Kering kerontang jiwa bersambut rabun
Ketajaman rasa bersamar pikun
Senjapun datang penuh dengan santun
Menyapa mesra ilalang di atas ubun