PIALA BERGILIR

Andai adamu piala bertahta mutiara
Tiada mungkin aku ikut jadi peserta
Ikut lomba dengan seribu tantangan
Menghalalkan segala cara persaingan

GETAR ASMARA

Entah berapa kali degup ini merajai
Getarannya mengoyak bangkitkan imaji
Ciptakan persinggahan di antara puji
Luruhkan sadar tumbuhkan gejolak hati

KEMENYAN JIWA

Sekelumit tanya pekat erat tergenggam

Merinai rindu berbaring di atas sekam

Ada tanda membuka pintu malam

Menyisir kemelut jiwa nan seram

LENTERA KEMUNAFIKAN

Di sudut lorong mimpi terbuang
Berpijar goda pada jiwa terkekang
Gelora keinginan tak lagi terpasung
Terbuai lena hasrat kian terkurung

SANG PENDUSTA

Kemelut kelam hadir merajai
Menggores kasih tiada berarti
Petikan aksara indah terpatri
Menggoda dahaga setia menanti

AROMA BUAH RINDU

Sambut mesra padamu puja
Khayal melintas satukan asa
Impian melayang memetik manja
Memeluk mimpi berujung dusta

PERILAKU APA ADANYA

Lebih baik kupasung getar nurani

Berdiam diri merayu hening sunyi

Tanpa mengecup apa yang terjadi

Tanpa meresapi goresan sakit hati

ADA DAN TIADA

Tetap menjadi ada, walau tanpa ketiadaan
Tanpa ketiadaan, kesemuanya tetap ada
Bukan karena ada, impian terkabulkan
Dengan ketiadaan, justru akan ketara

LINGLUNG BIN GEMBLUNG

Rasa ibaku sudah lama kularung
Menepis prasangka kian melambung
Tak kubiarkan imaji baitku tergantung
Saksikan suara sumbang kian meraung

AKU SI DURJANA

Aku hanyalah simbol durjana
Berlagak tahu rincian masa
Hasratku mengutuk di sela dera
Melolong tajam dipenuhi bara

PERTAPA SEJATI

Rintik syair pertapa rasa
Telah beredar tanpa sadar
Mengukir jejak bisikan sukma
Samarkan celah terpenuhi kelakar

PENISTA AKSARA

Setegar itukah gemuruh badai menyapu
Seganas itukah getaran petaka memburu
Raungannya menggelegar bernada pilu
Melolong keras tercemari asap sembilu

BERPASRAH DIRI

Siapa yang tak ingin merasakan kehangatan
Siapa yang tak merindukan belaian mesra
Sehina wujud akan posisi keberadaban rasa
Pasti mengiginkan uluran tulus dalam dekapan

SADAR DIRI

Seandainya matahari kau beritahu indahnya malam

Apakah dia akan ihklas untuk datang kemari?
Apakah dia akan menyimak rona pembangkit iri?
Ataukah hanya meneliti dalam desiran buram

MEMINANG MALAM

Menepis lilitan rindu membelenggu
Bangkitkan gerah kian mengganggu
Alunan detak irama jiwa bergetar luru
Tumbuhkan resah tanpa memeluk waktu

SEUMUR JAGUNG

Di antara siluet kenang hampir terlupa
Giliran aku berkisah tentang balada
Ada sela cerca membelenggu masa
Saat di tanah rantau menempuh puasa
Terhimpit nafkah tanpa merasakan dera

BAIT GUNDA

Pekat malam menyapa manja
Hempaskan gundah berlantun mesra
Rasa nyeri menghimpit siluet duka
Ciptakan asmara teramu dalam lara

GEJOLAK JUMAWA

Sambut tindak warnai setangkup tingkah
Berdayung dera menyibak sekelumit gerah
Bara kelam nyata terbakar gaung gelisah
Abadikan pantulan terberai dalam desah

TAK TAHU DIRI

Hadirmu bagaikan minyak kasturi
Suguhkan aroma semerbak mewangi
Kau setia menunggu perjalanan diri
Meniti langkah mencari jalan pasti

MEMUPUK LAKNAT

Padamu hai jiwa pengembara
Tanpa sesal mengais asa
Tanpa lampan wujudkan duka
Tanpa iba memburu nista

BUNGA DEWA DEWI

Di sela keremangan rindu
Ku untai doa terbaik untukmu
Biar kau terlalap dalam tidurmu
Hilangkan penat menyelubungimu

MALAM PASTI HADIR

Terbentang sudah cerminan jati diri
Mengolok tindak menjejak tanpa arti
Terukir murni perilaku menguntai janji
Melabur kelam dalam goda sanubari

INSAN TERLAKNAT

Tak mampu lagi kugenapi bilangan
Tak sanggup lagi kupenuhi panggilan
Tak kuasa lagi kusingkirkan godaan
Jiwa pendosa semakin kokoh bertahan
Tempatkan jejak kelam dalam keangkuhan

AKU .. AKU .. DAN AKU

Aku adalah aku
Aku lelaki gemar edarkan janji palsu
Itupun menggerakkan jawaban di hatimu
Bukan untuk menggelitik olah pikirmu

BUALAN SI LINGLUNG

Coba sekali saja, pandanglah!
Perhatikan mendung menggantung resah
Wajahnya lesuh tanpa ada pancaran gairah
Ada sekelumit tanya yang tersimpan rapat
Ada rasa geram yang tak sanggup tergugat

JUTAAN IMAJI

Kopiku ini, tak ubahnya seperti butiran bait puisi yang mengalir.
Di mana setiap aku teguk, lidahku terasa setia menyetubuhi perpaduan pekat diksi, pahitnya kisi dan manisnya majas sebagai pengungkap jutaan imaji ..

Bermandi kata 
Berselimutkan makna
Beralas rasa

PENIKMAT

Lebih baik aku mengenalmu sebagai penikmat, dan bukan sebagai pecandu maupun penyanjung.
Sebagus atau seburuk apapun karya sastra
Seenak atau sepahit apapun suguhan kopi yang tersedia
Semesra atau serenggang apapun jalinan yang terbina
Yang pasti akan dinikmatinya dengan seulas senyuman
Tanpa didasari dengan setangkup penilaian dan cercaan ..

Bermandi kata
Berselimutkan makna
Beralas rasa

ARTI KEHADIRAN

Santun sapa ku ucap
Melebihi makna terserap
Bila ada bekal menuai kilaf
Sudi kiranya menerima maaf

INDAHMU HANYA KIAS

Pisau sanjunganmu teramat tajam
Menggores sadar mencumbu kelam
Perlahan menggelitik selipkan rajam
Diamkan lara hasrat surut tenggelam

RAJAM AMANAT TULUS MURNI

Rinai kelam hadir penuhi sapa cerca keras menghujam tajam
Rasa terpuruk, berbias dahaga hanyutkan langkah kusam
Rasa menghujat pedih terusap kalam
Risalah tiada tersulam
Rajam

ALIS MATA PEDANG

Tatapan sepasang matamu itu!
Tajam berkilat laksana sembilu
Berkilau liar bertakhtakan rindu
Siap menghunjam luruhkan kalbu