- Motivasi - "Cara terbaik untuk menghargai kejadian yang hadir menerpa, hanya dengan menikmatinya tanpa memiliki penilaian negatif" .. Pujangga Giras - Cak Dion's Lapendoz - Pertapa Linglung

<< Hargai karya orang lain, "NO - PLAGIAT" >>

Sabtu, 27 Februari 2016

LANANG LAN WEDOK

NGOPLAK (NGOmong angger jePLAK)

Wong LANANG kui kudu e LAkune teNANG bedo mbek wong WEDOK.
Mergo wong WEDOK iku WElas e naliko ndoDOK .. xixixixixixi.

Ngapunten, niki pangucap asio sak lerapan ketok ngawur, namung nek di kaji kelawan temen lan pemahaman njeruh, niki saistune ukoro mboten saget damel dulinan, mergane wonten bukti kasunyatan ne.
Cobi sareng-sareng maos pakerti sing sampun  kewedar dateng kahanan ngurip nang dunyo. nek pancen tiang wadon niku tonggak sing utomo damel ngelanur patrapan lelampahan pakerti ugih patrapan lelaku.
Pacen ora isok di pungkiri lan di blenjani, nek tiang wadon niku gembok ne wong lanang, asio saitune wong lanang iku kagungan kunci ne.
Sak kereng-kerenge wong lanang utawi sak ngamuk-ngamuk e wong lanang nang bojo ne. Ayooo jaall cobi, isok berlanjut opo ora nek wis ketok wong wedok ndodok nang ngarepe. Palingo meneng clekep sinambi pringas pringis dewe nang ati .. kwkwkwkwkwkwkwkwk .. red, iki mung intermezo.

Sakniki, cobi di teliti ugih di maknai kelawan temen sejatine wujud kekarone, wujude wong lanang ugih wujude wong wedok.
Wong lanang pinastine kedunungan (nduwe) Kuping 2, Lambe 1 lan Gocekan 1
Lan wong WEDOK pinastine kedunungan (nduwe) Kuping 2, Lambe 2 (senajan sing 1 samar) lan Gocekane 2.. triiiiiiink .. triiiiiiiink ... (kenging nopo kok ngoten, lan alasane nopo).

Monggo di simak, senajan namung serampangan ole e wedar .. nek mboten dunung, nggiiiih ngapunten e sing ageng.

Istilah atau makna yang terkandung dalam pembahasan ini, Lelaki (lanang) memiliki Telinga 2, Mulut 1 dan Cagak 1 (Tonggak/pepunden/curahan rasa bakti) 1 itu juga mengandung FILOSOFI nasehat yang wajib di renungkan, dan seyogiannya di wujudkan dalam pencerminan nyata, dan juga sudah di urai melalui ajaran ke rohanian. Hal ini juga merupakan nasehat dalam pemahaman pakerti sesungguhnya dan sebaiknya di jadikan pengingat utama dalam kehidupan.

Kalau memang diri merasa serta mengaku sebagai seorang Lelaki (Lanang), sudah seharusnya bisa menunjukkan serta mencerminkan rumusan yang sudah di jelaskan di atas. Tentang makna jumlah mulut dan telinga, mengapa jumlah telinga lebih banyak daripada jumlah mulut itu sendiri. hal ini di maksudkan agar lelaki banyak mendengar dan sedikit berbicara.
Dan bisa berarti, kalau ada perkataan yang di dengarkan. baik itu tentang kebaikan dan keburukan, seharusnya di tampung dan di renungkan secara mendetail, dan tidak sembarangan menilai apalagi di imbangi perkataan tanpa memantau sebab dan akibat.
Karena sesungguhnya, dalam pemerataan dari wujud lalaki, bukan hanya rangkaian kata indah yang di nilai, bukan karena nasehat tinggi yang jadi acuan, namun wujud kasunyatan (kenyataan) yang menjadi bahan panutan. karena ini secara tidak langsung, memposisikan diri lelaki pada tempatnya, dan tidak menebar perkataan tanpa memiliki bukti.

Sedikit berbicara dan tegas, itu merupakan lambang kesatria sejati, memiliki Cagak 1 (Tonggak/pepunden/curahan rasa bakti) itu merupakan wujud dari Ibunda. Wanita yang melahirkan kita.
Ibunda, merupakan pengait kuat dari diri seoarang satria sejati. dan sampai kapanpun tiada pernah ada jeda atau dinding tentang curahan rasa berbaktinya. Dari mulai dilahirkan sampai saat ini, walau memiliki pasangan hidup (isteri), sampai tua dan dan sampai menjelang ajal. Pencerminan satria sejati tidak akan pernah berubah dan tetap pada jalurnya.
Memiliki cagak 1 (Tonggak/pepunden/curahan rasa bakti) selama hidup, dan tidak ada 1 (satu) pun menggeser atau menggantikan posisinya. Dia ibunda yang menyimpan seorang satria dalam kandungan selama 9+ (sembilan lebih) bulan.

Berbeda dengan wujud seorang wanita (wedok), yang memiliki penjumlahan yang sama, antara jumlah mulut dan telinga. Syah-syah saja bila wujud wanita cerewet, banyak berbicara, dan tidak mau kalah bila sudah terlanjur berdebat.
Hal ini bisa juga di sebut sebagai kodrat yang tidak bisa di pungkiri. penjumlahan yang sama itu pula (telinga dan mulut), juga merupakan kelemahan bagi kaum hawa. Melalui telinga 2 (dua), dia teramat peka dan tekun untuk menyimak sesuatu yang baru.
Dan adanya mulut 2 (1 terkesan samar/disamarkan). Tiada terpungkiri, kalau wanita yang pasti suka sanjungan serta merindukan kata-kata manis, apalagi perkataan tersebut dari seseorang yang di idolakannya.
Di samping memiliki sifat perasa dan pengertian. Kaum hawa kalau terlanjur marah, sungguh sangat menggeparkan, perkataan teramat menyakitkan. Dan terkadang, logika wujudnya, terkalahkan dengan gejolak yang terlanjur terpancar .. wuuuuiiiiiik medeni tenan .. xixiixixixixixi

Mengupas tentang Cagak 2 (Tonggak/pepunden/curahan rasa bakti).
Sudah menjadi ketentuan, kalau seluruh insan (lelaki dan perempuan) pasti di lahirkan dari rahim Ibunda. Dan ketika belum menikah, beranjak mulai kecil sampai dewasa, curahan rasa tempat untuk berbakti tetap pada Ibunda dan Ayahanda (ke dua orang tua).
Akan tetapi saat wanita sudah menikah, secara tidak langsung rasa berbaktinya sudah beralih pada wujud seorang suami, di sana tempat Hidayah dan Barokah pada dirinya (wanita). Suami juga merupakan pengganti sementara pada cagak yang pertama.

Kalaupun ada kaum Lelaki yg melakukan kebiasaan kaum wanita ini .. dalam globalnya terfokus .. Suka rasan-rasan atau suka membicarakan orang lain .. Pasti di sebut "CANGKEM WEDOK" (memiliki mulut wanita) .. he, he, he.

Salam santun malam, dan mohon MAAF untuk kesekian kalinya bila ada kata yg SALAH atau kurang LENGKAP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar