MALAM PERGANTIAN

Maaf, bila selama ini kutitipkan noda
Maaf, bila tak sengaja kugores luka
Maaf, saat kuterhanyut dalam canda
Maaf, bila aksaraku terselip anggara
Maaf, kalau hadirku membawa duka

PLAGIAT TAK BERMORAL

Tabir ilusi edarkan setangkup bara
Mengungkap madah berbuah pekara
Citra aksara tuangkan sebait kekata
Raih karisma tebarkan sejuta dusta

S A B D A

(SABunge DAwuh)

Adakah goresan kalam salah tempat
Adakah bisikan ilham mudah tergugat
Atau sekedar cari celah mengumpat
Samarkan curahan berbenih amanat

JALUR KERAMAT

Terrbentang lintasan jalur keramat
Menyuguhkan hidangan rayuan pekat
Terhalangi jebakanjebakan mudarat
Terobos akidah dalam rayuan sesat

AKSARA BERBALUT RAJAM

Di dalam ruang bejana imaji
Tintaku tertuang memangut arti
Separuh aksaraku tak terkendali
Menggores tanpa terselip diksi

RAHASIA KEKATA

Dibalik jeruji aksara
Terekam sekelumit bahasa rasa
Membisiki akan rahasia
Edarkan detak impian masa

RANGSANGAN DUNIA

Berpasrah diri telusuri jejak nista
Mengurai langkah merintis pamuja
Gerah mengusap edarkan kecewa
Abaikan titah 'tuk mengejar dahaga

SETAN CONGKAK

Suguhan rona basi kian bergolak
Sodorkan rana menata benih tindak
Siapkan tanya jiwa seolah berkacak
Susutkan gairah, gerah kian merebak

ANGKA KERAMAT

Sehening kaki senja menghampiri
Kubingkiskan aksara menemani
Wakili sekelumit ungkap bersemi
Penyambung kekata suara hati

PERMINTAAN SI KENTIR

Pada samudera imaji mengalir
Pada genggaman majas terukir
Pada diksi uraikan sejuta tafsir
Pada rima jadi pelengkap anasir

TUNAS HARAPAN

Adamu, serupa segenggam mimpi
Merintis harap pada senyawa hati
Diam-diam getar rasa menyayangi
Ingin curahkan pelukan hangat nanti

PENGHUJUNG MURKAKU

Setiap detik, kuhalalkan umpatku
Setiap menit, kusetubuhi gunjinganmu
Masa berlalu, tak segan ku asa sembilu
Kuolesi ujungnya dengan sejuta santau
Kujadikan pusaka 'tuk merobek tutukmu

SUSUK PEMASUNG SUKMA

Wahai darah-darah keji
Bangkitlah dikau di rongga hati
Segera cumbui dahagaku
Hiasi masa bersama keberutalanku

AKU DAN HITAMKU

Aku serupa titik hitam tanpa daya
Adaku hanya sekeping asa berlena
Kala hadir, tanpa teriring kreasi kata
Saat menetap jadi simbol kematian

BAIT MAWAS DIRI

Gebyar gelar aksara gerah di mulai
Beradu bara tebar benih argumentasi
Tungku hasrat berani memberaikan diri
Menyapa kelam mencela wujud jatidiri

ADAB KECULASAN

Sekumpulan badut hadir merajah
Memoles adab bergincu gerah
Gerak gumulai kekata iringi langkah
Goyangkan aksara gairah tertatah

PENISTA BUJANGGA

Pemetik icuk basimu kuat puan?
Hasil panen dari bujukanmu (icuk-kw) sudah berbau teramat tidak sedap nyonya

Percuma kau tutup sampah rayuan
Tidak ada gunanya walau kau samarkan dengan kotoran yang berupa perasaan iba

Percuma kau buka tirai penderitaan
Sia-sia saja ketika kau menceritakan tentang kesengsaraan yang kau alami

PENISTA BUJANGGA

Pemetik icuk basimu kuat puan?
Percuma kau tutupi sampah rayuan
Percuma kau buka tirai penderitaan
Pada nyatanya itu lajur permainan

CANDU ASMARALOKA

Serat keburukan tertutupi topeng
Gemulai aksara menuai cacat
Goresan indah bernuansa pekat
Sembunyikan jejak gerah menantang

MATINYA HARGA DIRI

Samar lamur giat ngelantur
Sarat susut lincah menghasut
Kasak kusuk hasrat melebur
Kerap karib jiwa semrawut

KAIN PERINGATAN

Secarik peringatan lama terpegang
Simbol jatidiri 'tuk hadapi tantangan
Dera rajam kerap hadir menghadang
Melepas hasrat hantarkan kebebasan

ASMARA DALAM KUBANGAN

Lendir nista mengusap manja
Menjamah kelam berselempang noda
Aksara umpat nyata hadir menyapa
Mengolok dera bermahkota derita

TIRANI HUJATAN

Sungguh dasyat pembangkit kesadaran
Serupa jawara penggerak perjalanan
Berdiri kokoh tak pernah tergantikan
Kerap melesat menerobos keremangan
Gesit meronta kendorkan dera himpitan

BENIH SI PENDOSA

Ganggang kunci nista kini terkuak
Samarkan dahaga berselimut gelak
Aksara garang kian hadir mendesak
Menyerupai cerca berselempang isak

RATAPAN SEMBILU

Sejauh mana langkah ini berakhir
Apakah ungkap basi menggunjing?
Ataukah cemooh sekilas mampir?
Detik inipun asamu kian mengerling

HAMPARAN RASA

Aku menyayangimu seperti air
Membasuh debu hingga tersingkir
Menumbuhkan rasa serupa bulir
Tak bosan mengiringi sampai akhir

PURWADAKSI

Umpat nista menjamah tajam
Merayap gencar kelam menghunjam
Aksara merangkak menyisir kalam
Edarkan cela ungkap sesegar amam

KISAH KELAM HADIR

Berpulang kehendak terjabarkan
Meremas makna disetiap hitungan
Simbol kehausan hadir tersamarkan
Menepis kepastian nyata terabaikan

TERJEBAK DURJANA

Kuterdiam disekitar lembah ambigu
Kunikmati madah aksara cumbu
Kugapai asa lewati sejuta nafsu
Kesadaranpun tak sanggup kuramu

SELAMAT JALAN SAHABATKU

Ranum buah di taman amanah
Jatuh perlahan lengkapi kisah
Perjalanan kehendak sampai batas
Memetik hidayah di samudera luas

TANTANGAN MURKA

Tutuk manis berbanderol najis
Kekata membias diobral murah
Sanjungan palibaya hadir tercurah
Datang berjubel bermadah penglaris

PENIPU WADAH LITERASI

Undian kosong kian melenggang
Abaikan titik hitam memuja bayang
Majas literasi berdupakan gamang
Berganda anyir merebak dalam remang

NODA JAWARA AKSARA

Iming-iming aksara culas
Akhiri genggaman janji terkias
Getar tema menerjang ganas
Ciptakan keladi harkat terpangkas

RAMUAN KOPI AKSARA

Kopi aksaramu bersahaja kawan
Aroma harumnya menggugah selera
Kau hidangkan bersama camilan
Melengkapi pekat majas berirama

UNTUKMU SEORANG

Untukmu wanita linglungku
Terimalah bingkisan usangku
Sambut dengan senyum anggunmu
Serupa kesetiaan mendampingiku

KAULAH SEGALANYA

Rokok ini nikmat puan!
Perangsang segala hidangan
Membuatku makin ketagihan
Detik berlalu ingin bermesraan

K E P E R G I A N M U

Kaulah dermaga yang kutuju
Tempat mencurahkan keluh kesahku
Tempat mengasa rindu membelenggu
Tempatku memdapatkan perhatianmu

MUNAJAT UNGKAP

Getar gemetar hasrat meliar
Tepi menepi caci mencaci
Umpat mengumpat sakit tersakiti
Cerca mencerca kecewa mengumbar

SELAMAT JALAN BAPAK PUISI

Hadirmu menghiasi diksi
Berlantun ciptakan sejuta misteri
Bait-baitmu mengundang simpati
Hanyutkan hasrat merangkai ilusi

AKU TELAH KEMBALI

Di sini tempat kuberbagi
Di sini kupeluk mesra imaji
Di sini kukais segenggam diksi
Di sini kurangkai rona sejuta arti
Di sini pula kutiti setangkup puji

DERU DEGUP PETAKA

Benih picik giat menebar 
Terhias ucap indah meliar
Desau nafas mengumbar
Berbalut mesra bekukan sadar

KISAH PETAKA

Sorak sorai perhelatan terakhir
Iringi gempita ungkap terukir
Cermin umpat membersit indah
Saksikan cemooh di penghujung kisah

MENTARI KEBAHAGIAAN

Tembang kangen terucap mengolok diri
Cerca menghadang siap menusuk hati
Aksara tertera berasa terus menghantui
Menacap dalam menggores sanubari

TELUH KEMATIAN

Gerak gemulai aksara tarian setan
Merayu gemerlap takdir kepastian
Melolong keras lantunkan tantangan
Butakan mata raih sekelumit kepuasan

AKU TIDAK TAHU

Detikku tersenyum mengolok diri
Membiarkan pesona memikat arti
Jejak memberai mengumpat melodi
Bangkitkan degup merangsang birahi

VINI VIDI VICI

Kuhadir dengan Langkah tegap
Kulewati sejuta perangkap
Ketika rasa yakin menetap
Pasti akan kutangkap

DERA TERSAKITI

Tak terasa kekosongan menghampiri
Melahap keceriaan meramu sepi
Kutatap renung dusta tersembunyi
Edarkan ejekan yang tak mau menepi

TANPA ADAMU PUAN

Ijinkan aku memujamu
Ijinkan pula aku mengharapkanmu
Walau lewat puisi
Cukup mewakili kata hati

AKU INSAN PAPA

Silahkan kau usik ragaku
Silahkan kau cerca sadarku
Silahkan kau umpat lakuku
Silahkan kau rajam rasaku

SERIGALA DAN REMBULAN

Bila anggunmu pengganti rembulan
Kurela menjadi serigalanya
Kusetia menanti kehadiran
Ramaikan lolongan melepas dahaga

GELISAH MALAM

Gerah melintas di peraduan malam
Resah memikat netra tiada terpejam
Kemelut jiwa kerap menuai rajam
Mencerca hasrat tak bisa di rendam

RINDU TANPA SAPA

Di sela butiran rintik hujan
Indahmu tetap kusimpan
Tak kubiarkan terjamah
Atau terusik kemelut resah

JERITAN MAYAT HIDUP

Aku saksikan neraka kaum melarat
Berlatar belakang derita rekayasa
Mereka menari-nari riang gembira
Tak peduli harga diri akan dilumat

SERUAN SUMBANG

Tergenggam erat bejana kekafiran
Memuja berhala terikat pasungan
Sujud tafakur bernilai recehan
Serukan jihad niat jiwa tergadaikan

BUMIKU HIDUPKU

Berteriak lantang tak terjamah
Semesta meratap dalam gerah
Jeritan pilu menghentak nanar
Sukma melayang berkelana liar

MUTIARA ASMARALOKA

Kuncup dicinta ulam pun tiba
Bergaya menanam umpat kekata
Melabur peduli di antara aksara
Terselip bait indah mencoreng asa

BERMUKA DUA

Pembuluh nadi gerah menghentak
Mengutuk ungkap giat mencerca
Sampul indah nyata dijadikan dera
Mengurai risalah bermadah dahak

KEPASTIAN TAK NYATA

Cakrawala kesedihan menyapa
Mengolok mendung di angkasa
Awan berarak menyambutnya
Sampaikan pesan tak bermakna

YANG TAK TERLUPAKAN

Detak penentu masa
Bergetar mengusik jiwa
Denyut mesra menyapa
Hanyutkan asa di pusara

PESONA RINDU

Pancaran keanggunanmu
Melumpuhkan kesadaranku
Menikam dalam ke hulu hati
Membuat rindu makin bersemi

KETULUSAN DOA

Derai aksara tertumpah
Mengerling sekelumit kisah
Majas puja-puji terjamah
Edarkan rahasia terarah

ARJUNA MUNGIL

Adamu pengobat resah

Senyummu pelepas dahaga

Lentik mata mempesona

Berbinar sirnakan gelisah

SEGENGGAM CERITA USANG

Mengerling madah aksara indah
Bersambut mesra di antara kisah
Tawarkan dahaga tanpa terjamah
Mengukir prahara tanamkan resah

PRAJURIT SEJATI

Untukmu wahai laskar-laskar jiwa
Mengapa kini MKkau mudah terpedaya
Mengapa kau kerap hadirkan duka
Bukankah kau prajurit pemenggal asa
Pemberantas kemunafikan di sela noda

GETAR ASMARA

Entah berapa kali degup ini merajai
Getarannya mengoyak bangkitkan imaji
Ciptakan persinggahan di antara puji
Luruhkan sadar tumbuhkan gejolak jiwa

PIALA BERGILIR

Andai adamu piala bertahta mutiara
Tiada mungkin aku ikut jadi peserta
Ikut lomba dengan seribu tantangan
Menghalalkan segala cara persaingan

GETAR ASMARA

Entah berapa kali degup ini merajai
Getarannya mengoyak bangkitkan imaji
Ciptakan persinggahan di antara puji
Luruhkan sadar tumbuhkan gejolak hati

KEMENYAN JIWA

Sekelumit tanya pekat erat tergenggam

Merinai rindu berbaring di atas sekam

Ada tanda membuka pintu malam

Menyisir kemelut jiwa nan seram

LENTERA KEMUNAFIKAN

Di sudut lorong mimpi terbuang
Berpijar goda pada jiwa terkekang
Gelora keinginan tak lagi terpasung
Terbuai lena hasrat kian terkurung

SANG PENDUSTA

Kemelut kelam hadir merajai
Menggores kasih tiada berarti
Petikan aksara indah terpatri
Menggoda dahaga setia menanti

AROMA BUAH RINDU

Sambut mesra padamu puja
Khayal melintas satukan asa
Impian melayang memetik manja
Memeluk mimpi berujung dusta

PERILAKU APA ADANYA

Lebih baik kupasung getar nurani

Berdiam diri merayu hening sunyi

Tanpa mengecup apa yang terjadi

Tanpa meresapi goresan sakit hati

ADA DAN TIADA

Tetap menjadi ada, walau tanpa ketiadaan
Tanpa ketiadaan, kesemuanya tetap ada
Bukan karena ada, impian terkabulkan
Dengan ketiadaan, justru akan ketara

LINGLUNG BIN GEMBLUNG

Rasa ibaku sudah lama kularung
Menepis prasangka kian melambung
Tak kubiarkan imaji baitku tergantung
Saksikan suara sumbang kian meraung

AKU SI DURJANA

Aku hanyalah simbol durjana
Berlagak tahu rincian masa
Hasratku mengutuk di sela dera
Melolong tajam dipenuhi bara

PERTAPA SEJATI

Rintik syair pertapa rasa
Telah beredar tanpa sadar
Mengukir jejak bisikan sukma
Samarkan celah terpenuhi kelakar

PENISTA AKSARA

Setegar itukah gemuruh badai menyapu
Seganas itukah getaran petaka memburu
Raungannya menggelegar bernada pilu
Melolong keras tercemari asap sembilu

BERPASRAH DIRI

Siapa yang tak ingin merasakan kehangatan
Siapa yang tak merindukan belaian mesra
Sehina wujud akan posisi keberadaban rasa
Pasti mengiginkan uluran tulus dalam dekapan

SADAR DIRI

Seandainya matahari kau beritahu indahnya malam

Apakah dia akan ihklas untuk datang kemari?
Apakah dia akan menyimak rona pembangkit iri?
Ataukah hanya meneliti dalam desiran buram

MEMINANG MALAM

Menepis lilitan rindu membelenggu
Bangkitkan gerah kian mengganggu
Alunan detak irama jiwa bergetar luru
Tumbuhkan resah tanpa memeluk waktu

SEUMUR JAGUNG

Di antara siluet kenang hampir terlupa
Giliran aku berkisah tentang balada
Ada sela cerca membelenggu masa
Saat di tanah rantau menempuh puasa
Terhimpit nafkah tanpa merasakan dera

BAIT GUNDA

Pekat malam menyapa manja
Hempaskan gundah berlantun mesra
Rasa nyeri menghimpit siluet duka
Ciptakan asmara teramu dalam lara

GEJOLAK JUMAWA

Sambut tindak warnai setangkup tingkah
Berdayung dera menyibak sekelumit gerah
Bara kelam nyata terbakar gaung gelisah
Abadikan pantulan terberai dalam desah

TAK TAHU DIRI

Hadirmu bagaikan minyak kasturi
Suguhkan aroma semerbak mewangi
Kau setia menunggu perjalanan diri
Meniti langkah mencari jalan pasti

MEMUPUK LAKNAT

Padamu hai jiwa pengembara
Tanpa sesal mengais asa
Tanpa lampan wujudkan duka
Tanpa iba memburu nista

BUNGA DEWA DEWI

Di sela keremangan rindu
Ku untai doa terbaik untukmu
Biar kau terlalap dalam tidurmu
Hilangkan penat menyelubungimu

MALAM PASTI HADIR

Terbentang sudah cerminan jati diri
Mengolok tindak menjejak tanpa arti
Terukir murni perilaku menguntai janji
Melabur kelam dalam goda sanubari

INSAN TERLAKNAT

Tak mampu lagi kugenapi bilangan
Tak sanggup lagi kupenuhi panggilan
Tak kuasa lagi kusingkirkan godaan
Jiwa pendosa semakin kokoh bertahan
Tempatkan jejak kelam dalam keangkuhan

AKU .. AKU .. DAN AKU

Aku adalah aku
Aku lelaki gemar edarkan janji palsu
Itupun menggerakkan jawaban di hatimu
Bukan untuk menggelitik olah pikirmu

BUALAN SI LINGLUNG

Coba sekali saja, pandanglah!
Perhatikan mendung menggantung resah
Wajahnya lesuh tanpa ada pancaran gairah
Ada sekelumit tanya yang tersimpan rapat
Ada rasa geram yang tak sanggup tergugat

JUTAAN IMAJI

Kopiku ini, tak ubahnya seperti butiran bait puisi yang mengalir.
Di mana setiap aku teguk, lidahku terasa setia menyetubuhi perpaduan pekat diksi, pahitnya kisi dan manisnya majas sebagai pengungkap jutaan imaji ..

Bermandi kata 
Berselimutkan makna
Beralas rasa

PENIKMAT

Lebih baik aku mengenalmu sebagai penikmat, dan bukan sebagai pecandu maupun penyanjung.
Sebagus atau seburuk apapun karya sastra
Seenak atau sepahit apapun suguhan kopi yang tersedia
Semesra atau serenggang apapun jalinan yang terbina
Yang pasti akan dinikmatinya dengan seulas senyuman
Tanpa didasari dengan setangkup penilaian dan cercaan ..

Bermandi kata
Berselimutkan makna
Beralas rasa

ARTI KEHADIRAN

Santun sapa ku ucap
Melebihi makna terserap
Bila ada bekal menuai kilaf
Sudi kiranya menerima maaf

INDAHMU HANYA KIAS

Pisau sanjunganmu teramat tajam
Menggores sadar mencumbu kelam
Perlahan menggelitik selipkan rajam
Diamkan lara hasrat surut tenggelam

RAJAM AMANAT TULUS MURNI

Rinai kelam hadir penuhi sapa cerca keras menghujam tajam
Rasa terpuruk, berbias dahaga hanyutkan langkah kusam
Rasa menghujat pedih terusap kalam
Risalah tiada tersulam
Rajam

ALIS MATA PEDANG

Tatapan sepasang matamu itu!
Tajam berkilat laksana sembilu
Berkilau liar bertakhtakan rindu
Siap menghunjam luruhkan kalbu

GETAR RINDU UNTUKMU

Benarkah rindumu telah menepi?
Benarkah adamu juga akan pergi?
Gelora hasratku kian bergelut sepi
Menanti semilir tiada menyambangi

INTISARI JATI DIRI

Aku segumpal benih nista
Menampung tetesan air hina
Hawa welas lengkapi asa
Mengecap nikmat dalam derita

TANTRA PAMUNGKAS

Racikan ramuan aksara membuai sadar
Jampijampi pemasung rasa menuai kadar
Bait kekata merangkap aji gunaguna lingkar
Meresap perlahan jiwa menggapai nanar

SEKELUMIT UNGKAPKU

My Jewet

Seandainya kumampu merayumu
Akan kukumpulkan sinar bulan itu
Akan kutampung di wadah sesalku
Akan kupetik seirama getar nadiku
Kubiarkan nada kasmenyatu

mbuaimu

TABITA KEKEKALAN

Perjalanan kisah menjamah barA
Perdetik bulir imaji jadi sembilu derA
Pertanda benih jejak cumbui praharA

BIDADARI DAN ARJUNA

Cerah pesona pelipur resah
Berceloteh bebas dalam tawa
Adamu kemelut duka musnah
Meramu senyum membuai rasa

KOPI SEJUTA MISTERI

Ketika seduhan kopi pagi kuteguk
Kupejamkan mata hati kian terketuk
Kubeberkan sekelumit masa menjenguk
Kentalnya hitamku kian liar kureguk

KERANDA UMPAT UPASMU

Jalan sejawat menerkam ambisi
Melontar aksara tiada tertapaki
Adamu nyata tiada memiliki arti
Mengumbar umpat jiwa tergelitiki

PELAJARAN JATI DIRI

Aku serupa dahaga tertunda
Berkelana mencari jejak dera
Hasratku dibatasi cermin citra
Terikat gemintang tercatat dijiwa

MANTAN DJANCUK

Madu asmara meresap tiada pernah pupus
Angan kemesraan kini hanyut terseret arus
Nama indah menetap tiada mungkin tergerus
Tetap tersimpan walau nyata abaikan tulus
Adamu dulu, serupa mahkota indah terurus
Namun kini kamu lebih suka memilih kawus

SIMBOL PERINGATAN

Secarik peringatan lama terpegang
Simbol jatidiri 'tuk hadapi tantangan
Dera rajam kerap hadir menghadang
Melepas hasrat hantarkan kebebasan

ASMARA DALAM KUMBANGAN

Lendir nista mengusap manja
Menjamah kelam berselempang noda
Aksara umpat nyata hadir menyapa
Mengolok dera bermahkota derita

CATATAN CINTA

Bila gelora cintaku tak menggodamu
Coba carilah di reruntuhan jengahmu
Kumpulkan serpihan rasa kecewaku
Lalu, satukan kembali bila kau mampu

DERU DEBU NISTA

Akulah si deru debu
Langkahku bebas tak terbelenggu
Di mana ada hembusan 
Di situlah kurancang serangan

TUAN PUAN NEGERI TERCINTA

Tuan puan yang terhormat
Genangan darah ini terasa basah
Bau anyirnya masih menyengat
Samarkan aroma di ujung kisah

PERHELATAN AKSARA

'Tuk ramaikan pesta malam tiada arti
Altar persembahan kata terbuka kembali
Penghantar kekata datang silih berganti
Makna tertuang menari di sela ambisi

BARA PEMUSNAH MASA

Bentang sajadah
Curah
Hempas gelisah

MOYANG TERSINGKIR

Cakap bergema singsingkan pesona meliar
Jelang senja arang petaka kian menjalar
Menopang gunung kaki ringik mengakar
Patah berkalang merajuk pijakan bergetar

RAJAM SI PENCUNDANG

Tergenggam laras aksara menghunjam
Mesiu kekata culas lepas merajam
Bebas melaju menyeruak bingkai kelam
Hadirkan dera samarkan pandangan buram

KEPERGIANMU

Kaulah dermaga yang kutuju
Tempat mencurahkan keluh kesahku
Tempat mengasa rindu membelenggu
Tempatku mendapatkan perhatianmu

CAHAYA KERINDUAN

Andai hamparan cintamu 
Serupa sajadah penggali khusyuk
Aku takan pernah beranjak
Terus bermunajat sepanjang waktu

Lupakan sekelumit masa lelahku

KUPINANG MESRAMU

Seandainya kau izinkan 
Biarkan aku jadi detak
Setiap detik selalu menghentak
Ciptakan degup rasa tersimpan

HIKAYAT JATI DIRI

Aku tetaplah di sini
Menata benih pemijar hati
Aku masih merangkai arti
Merenung menepati janji suci

MAJAS TERINDAH

Ketika keinginanku menyatu
Kutitipkan sekeping hati untukmu
Jaga, rawatlah semampumu
Jangan biarkan hatimu terganggu

SEGENGGAM HASRATKU

Aku begitu merindukanmu
Merindukan sapa manja darimu
Harihariku terasa terajam pilu
Sekilas terbayang kemesraanmu

UMPAT MEMBARA

Kugenggam bara dahaga
Kurentang kuncup nista
Abaikan jerit menggema
Raih kepuasaan di dada

UNTUKMU SAHABAT

Sekelumit tanda memberai nyata
Mengungkap jejak sekeping asa
Tiada tanya merangkum gulita
Edarkan tikaman si biang lara

PENGGALI SALAH

Sepenggal prasangka berceceran 
Mengais cerca di penghujung tuduhan
Aliran pekat nyata telah bersemayan
Bermuara umpat tanpa persinggahan

MASA BODOH AAAHH

Setangkai ungkap telah kau rilis
Hanyutkan kekata tiada habis
Selaksa cerca giat kau kais
Mengumbar sepenggal rasa terkikis

CUKUP KAU FAHAMI

Di setiap jejak aksara terselubung
Cukup kutulis koma
Tetap kutempatkan penghubung
Tanpa kuiringi tanda baca

API ANGKARAKU

Degup ungkap meraung pilu
Terhanyut iba mencumbu
Aksara hadir bermadah sembilu
Luruhkan ambigu berseteru

GELORA NAFSU

Gerutu desah nafasmu itu
Terdengar teramat syahdu
Bangkitkan gelora nafsuku
Detik berlalu pun kian memburu

PERINGATAN UNTUKMU

Coreng moreng aksara hitam
Mengumbar nafsu kelam
Bait hasrat merajam
Puas raih hujat menghunjam

BODYGUARD NEGERI

Meminang azab di perhelatan
Berebut pundi-pundi isi recehan
Jati diri lama ditinggalkan
Memangku jiwa berlabur kutukan

PENGOBAT LUKA

Kuizinkan engkau jadi detak
Torehkan jejak-jejak menapak
Rongga nafasku terasa sesak
Menikmati rindu kian merangak

BANGSAT SHAN CHOEK AN

Hai bangsat berwajah durga
Teruslah menyapa cerca
Teruslah mengukir umpat
Teruslah menata aksara tergugat

BIDADARI SURGA

Kau ibarat nyawa dari sebuah sajak
Di setiap kehadiran selalu kusimak
Sepasang netraku tak pernah beranjak
Menelusuri perbait bangkitkan detak

ALGOJO KEMELARATAN

Hembusan kelam menerpa derita
Mengikat erat lantunan harap tertunda
Sekelumit asa nyata kini telah sirna
Tergerus watak arogan si penguasa

KAKI BERPIJAK LANGIT DIJUNJUNG

Kusimak perhelatan resah terpentang
Jejak nestapa kian jelas terpampang
Hasrat tersentak, derita giat bertandang
Jera, jerih .. otak makin setia terkekang

MENGENANG SENJA

Ukiran senjaku telah hilang
Tanggalkan diksi tanpa di pinang
Tataan ungkap bercengkrama gersang
Lantunkan gerah berpelukan bayang

JERIT SANG JELATA

Suara sumbang hadir mencerca
Menepis derita samarkan etika
Nada jumawa giat raih dera
Rontokkan ideologi kaum papa

RENUNGAN SI LINGLUNG

Slogan cerca beraroma najis
Abaikan risalah tanpa mengais
Gerah mengguncang jiwa terkikis
Belenggu resah kian menggiris
Rendam gelisah raih rasa miris

PENUNTUN ABAL-ABAL

Gejolak jiwa terhentak menantang
Saksikan watak picik giat meradang
Risalah sejati tak lagi dipandang
Butakan akhlak gerah mengundang

RINDU MENGGEBU

Setiap saat, kau hadir menggelitik hatiku
Setiap detik, pesona wajahmu mengikutiku
Menenggelamkan hasrat menggapai pilu
Menyisir gelombang rindu makin menggebu

HADIRNYA FENOMENA

Gemuruh umpat kian mendidih
Jiwa menangis sedih
Airmata jatuh ke bumi
Rasa perih kian menjadi-jadi

NASEHAT JATI DIRI

Tahu, bukan berarti mengetahui
Salah, tak selamanya keliru
Penilaian terkadang menipu
Kerap mengelabuhi wujud jati diri

KEMENYAN ASMARA

Senjaku bertanya pada usia
Masih lamakah menetap?
Tetapkah kau menanam harap?
Mengungkap mimpi bahagia?

KOCO BURENG

K asenyan olah rasa kini berdatangan
O ngomani diri pelengkap kehadiran
C erita mesra terukir 'tuk manglawan
O nang pada pacima yang jadi pujaan

SENYUM TANPA ARTI

Dahaga mengorek kesadaran
Menempatkan tingkah gapai ketamakan
Buah muslihat kian tersamarkan
Mendulang nafsu penuh kepicikan

TOPENG KECULASA

Carut marut aksara basi

Menoreh sebarkan dengki
Baitmu memberai-beraikan imaji
Menghunjam dalam dipenuhi iri

PENJAJA AKSARA

Bayang pekat titip ketenaran
Mengais majas keberadaan
Serat kusam bertebaran
Paksakan kehendak tanpa kejelasan

TAK TERPISAHKAN

Aku tak pernah bosan
Menggerakkan jemari kekata
Menumpahkan imaji tersimpan
Menuangkan semua tinta aksara

JATUH CINTA

Dari manik bola matamu

Terpancar keindahan meramu
Membuat detak jantungku memburu
Hadirkan rangsangan cumbu

RAINKARNASI KISAH

Altar persembahan kata
Kini sudah terbuka nyata
Memberai-beraikan bait mesra
Hantarkan madah kelam bersua

BERCERMIN DIRI

Tak gerahkah berpakaian rangkap

Apakah semua dikenakan?
Halangi kebebasan berjalan
Abaikan aturan menata sikap

OMBAK ASMARA BIRU

Ombak samudera cinta membiru

Persinggahan berlabuhnya hasratku
Tak lenggang kulepas dahagaku
Menikmati segenggam cumbu

RAIHLAH BINTANG

Masih terasa dini
Bunda menimang dirimu putri
Dalam pelukan kasih murni
Senyummu selalu mewarnai

SISI KEGANASANKU

Aku hanyalah sekumpulan titik hitam
Tak bosan meneteskan gumpalan kelam
Nodaku bersimbolkan auman malam
Lebih mencintai ramuan aksara rajam

ADAKU HANYA DAHAGA

Temara senja menusuk pandangan
Menghujam tajam menggores luka
Kemilau aksara hadirkan tantangan
Merangkum dera di setiap baitnya

TELANJANG

Kuingin telanjang. Mengilhami ketelanjangan dengan sebelanga tanda tanya. Siapakah diri ini sesungguhnya?  Untuk siapa diri ini ada? Untuk apa diri ini diciptakan? Mengapa dalam kebodohan diri ini mengemban amanah?Kemana diri ini melangkah? Dimana letak tujuan pasti mencapai singgahan

JUNJUNGAN HIDUP (BUNDA)

Dalam sekeping gundah kupanjatkan doa
Dalam sepenggal gelisah kusodorkan asa
Tiada lagi kata indah penghantar karunia
Mutiara panutan hilang tergerus fatamorgana

DEWI PENYAMAR CERITA

Keserasian adab hadir menjamah
Melukis kisah berbenih wasilah
Senyum tulus membius indah
Iringi keinginan menimang ulah

BIR BINTANG

Andai adamu serupa bir bintang
Kuikhlas bila menjadi pecandumu
Kusetia menikmati setiap tegukanku
Tak peduli lewati pagi sampai petang

BIBIR INDAH (AKU GILA)

Duhai pemilik bibir indah menawan
Izinkan kurasakan sekelumit lumatan
Nikmati hisapan penggoda kekaguman
Pupuskan getar resah di awan keraguan

KESETIAAN JANJI

Bertanyalah pada pagi
Apakah dia akan kembali?
Atau hanya sekelumit basabasi
Luruhkan kepercayaan diri

PENGHANCUR LOGIKA

Segenggam mimpi kuurai lengkapi kisah
Tulus menjejak walau tanpa bisa di papah
Meskipun tertatih mengeja hikayat gelisah
Jiwa berdiri tegar sambut dera menjamah

UNTUKMU ADINDA

Adinda, degup getar rasa kita sama
Samasama rasakan luka menganga
Menyimpan sejuta silat lidah dusta
Meredam goresan pedih pada duka

UNTUKMU PUAN ASAHKU

Puan, bagaimana kabar benih asamu
Apa sudah kau temukan kepastian?
Apa kenyamanan sudah kau dapatkan?
Tetaplah bersemangat puan asahku

BAYANG-BAYANG KISAH

Derai aksara tajam mengguncang lara
Mengoreskan luka di ujung belati sukma
Suara resah berlantun abaikan masa
Menghimpit dera di antara garis petaka

PALISIR RAIH LEJAR

Majas bara aksara tergenggam
Mengusik nismara merajam
Gema tantangan bersua
Membakar pirata bangkitkan kupita

AIRMATA CINTA

Senada senja berselimut jingga
Kuncup rindumu bersua
Nadimu mengukir asa
Hentakan hati sambut mesra

MAAFKAN AKU PUAN

Puan, tetaplah engkau di sini
Temani aku sampai nanti
Janganlah engkau pergi
Karena aku sangat menyayangi

TUNGGULAH MURKAKU

Gending sabda ulung berterbangan
Berkelana memantau korban
Kepakan sayap membingkai prahara
Memberai sekelumit asusila

SINDEN ASMARALOKA

Mengalun irama syahdu
Memikat hati para pemburu
Suara bersahutan berkalam rindu
Terdengar teramat merdu

PRANATA AKSARA

Terjang pemandu nasehat tangguh
Alihkan jelajah meredam hakekat
Pijaran sombong berdiri tanggap
Langkah menapak mencari permata

ADAKU HANYA DAHAGA

Temara senja menusuk pandangan
Menghunjam tajam menggores luka
Kemilau aksara hadirkan tantangan
Merangkum dera di setiap baitnya

SASARAN BAIT PETAKA

Bait petaka menyerupai rembulan
Berparas elok bertahtakan keindahan
Bercahaya anggun suguhkan cumbuan
Hantarkan lena jiwa gapai ketenangan

HITAM DAN PUTIH

Altar jawaban sudah tereja
Adanya hitam memeluk mesra
Adanya putih mengolok manja

JELMAAN RINDU UNTUKMU

Takan berhenti kusimak
Ukiran nama indah dibenak
Meresapi getaran menghentak
Bangkitkan gairah makin berarak

BIANG NODA

Biarkan kumenepi sejenak
Redam gerah menghentak
Singkirkan ganjalan dahak
Sambut sentuhan berarak
Pusatkan getaran berdetak

BUNGA RINDU

Untukmu wahai bunga rindu
Tatapan matamu bagaikan candu
Alis indahmu menghunjam kalbu
Tiada rela bila tak bisa kucumbu

TERTUNDUK PASRAH

Ilalang liar akhirnya jatuh tertunduk
Peluh menetes memberai suntuk
Tanpa mengucap jiwa menekan kutuk
Membasuh keresahan diujung ufuk

BAYANGAN INDAH

Ada gugusan rindu menyeruak hati
Aromanya semerbak berdiam diri
Melangkah pelan menyentuh sanubari
Bangkitkan rasa merangkum empati

DEWI RIMA AKSARA

Untukmu wahai dewi rima aksara
Ijinkan kuciptakan bait dalam rasa
Ijinkan aku selalu tetap memuja
Pada gugusan senyum mempesona

KAU TETAP TERINDAH

Adamu masih terhias sempurna
Melengkapi gelora di relung jiwa
Hadirmu kalahkan sejuta lamunan
Meramu bait kisah dalam kenangan

GERAH MENYAPA

Rasa malu terkoyak
Jiwa nyata terhenyak
Gerah makin merebak
Kesadaran kian tersentak

KIDUNG PANGRANTAS

Lungkrah agih lungkrah
Bendu olo mesti bubrah
Apes, apes, apes muspro
Wis ora kedunungan joyo

KISAH CERANGGAH

Bertahap jejakan langkah
Hiasi sekelumit kisah
Ada tanya yang tercurah
Alur nyata tetap berkilah

TEMBANG TRESNO

Tetesan janji terucap Tetap terikat kuaT
Egospun tersemai kEtika meraup ekstasE
Madu rindu berMadah setia nyata jadi kelaM
Bingkai harappun memBerai tanpa ada sebaB

MAFIA AKSARA

Madah anggun terlihat buraM
Manakala ego setia bermanjA
Meniti anggapan bernada asumtiF
Melabur murka bermajas imajI
Meredam umpat terpenuhi cercA

PENAKLUK MURKA

Kisah kasih bersentuhan mesra
Merawat cawan berlabur noda
Getaran cerca tak sanggup terucap
Mengikis jelaga geram terungkap

ARJUNA MUNGIL

Seonggok derita menyelimuti impian
Secerca asa sirna jauhi harapan
Detik berjalan wujudkan kekhusyukan
Membatasii warta berlabur ketimpangan

BERSANGGAMA NISTA

Liuk rangsangan dahaga malam
Kureguk dengan mata terpejam
Kurasakan getaran pelan merajam
Hantarkan hening makin mendalam

AKSARA SUANG

Adamu indah berparas
Samarkan aksara berkias
Hadirkan seribu majas
Senyapkan jejak terpangkas

BUAH PENYESALAN

Tarian gemulai indah
Gerak rancak tercurah
Suguhkan cumbu berkisah
Madu asmara merontah

MENIKMATI PERMAINAN

Papan permainan digelar
Gemulai jajakan kelakar
Ayunan langkah meliar
Sambut senyum terpapar

CAHAYA KALBU

Sampul nurani terbuka
Edarkan sekelumit rahasia
Tiada tulisan tertera
Tanpa papan aksara

SINGKIRKAN DURI JIWA

Bersama lapisi warna
Bersemi sambut suka
Bersinar penuh pesona
Indah tiada terjeda

ENGKAU TETAP ADA

Sungguh, gerahku sudah memuncak
Imbas menerpa teramat menghentak
Diam sunyi, tak lagi bisa bertindak
Menghimpit resah, suara makin serak

AKU HANYALAH TABU

Genapi rumus hitunganku
Genapi rahasia tebakanku
Tak sanggup kumenunggu
Di ambang sela ambiguku

KAU BUKAN SIAPA-SIAPA

Keranda kekufuranmu belum juga berlalu
Meramu noda dengan selaksa wajah cemburu
Gelak tawamu terkadang semanis madu
Kerap pula berasa seperti tetesan empedu

TAK ADA JEDA

Bila tak ada jeda?
Seindah apa pun aksara yang terukir tak akan memiliki makna.
Sama halnya saat meminum kopi panas tanpa didinginkan terlebih dahulu.
Sama juga dengan jalinan asmara, bila tanpa di bumbui sedikit salah paham yang pasti kurang romantis.

Bermandi kata
Berselimutkan makna
Beralas rasa

BERCERMIN JEJAK LAMPAU

Di antara siluet kenang hampir terlupa
Giliran aku berkisah tentang balada
Ada sela cerca membelenggu masa
Saat di tanah rantau menempuh puasa
Terhimpit nafkah tanpa merasakan dera

SEKELUMIT UMPAT

Hai kau, pemilik wajah rupawan
Sepantasnya kau menjadi pujaan
Pernik aksaramu kerap gapai goda
Abaikan benih kelam di antara pesona

SANG BAGAK

Carut marut kelakar nada mencerca
Hantaman aksara umpat hadir mencela
Bayang kusam setia memoles curiga
Edarkan kesombongan iringi dalil jiwa

PAHAMILAH KAWAN

Wujud pertemanan bagiku!
Bukan tempat bersandang curiga
Bukan ajang mengejar prasangka
Bukan persaingan memupuk dera
Bukan bercurah memadu asmara
Apalagi membangun kubu menanam curiga

WADANA ARUNDARI

Berbantal kusam lidah tajam mencerca
Memeluk kelam sapa bersenggama dera
Merangkap kehendak jiwa mengukir rana
Ungkap tercekik alasan berbuai mesra

PENDOBRAK AKSARA

Sederetan cemooh menikam tepat
Mengumbar coreng-moreng nafsu sesaat
Laju aksara melenggang terselip benawat
Membakar jiwa sang pengelana sesat

BAYUBAJRA MARAHARSA

Segenggam arang mencoreng wadana
Umbar setangkup aksara tanpa bermita
Bait ungkap kerap terkontaminsi kerama
Kibarkan perhelatan tersemai dera cerca

WATAK SHAN CHOEK AN

Ooohhh otak berselimut watak oon
Kapankah kau bisa terlihat sinkron
Sampai kapan kau jauhi sifat bloon

SINDEN AKSARA

Terpetik irama berkalam rindu
Berdendang manja menyibak waktu
Ritme terdengar rancak bertalun
Bangkitkan gelora hati berlantun

MENGGUNCANG JIWA

Rona belahan bibir indahmu itu
Bagaikan ramuan bermadah candu
Mengungkap jejak semanis madu
Edarkan lesung bangkitkan ambigu

PENERANG JIWA

Bias sumina abadi nyata telah di titipkan
Pengendali rasa mengabdi pada tuntunan
Prawala risalah untuk dijadikan pedoman

PUJA DALAM SAMAR

Sesaat senyum indah merayu
Melunturkan segenggam asa ambigu
Jiwa melayang memetik ragu
Mengekang hasrat kian menggebu

KESETIAAN EMBUN

Tetesan butiran embun kesetiaan ini
Tak pernah pudar oleh rabaan dera
Tak hilang, walau sinar mentari mencerca
Dia akan berdiri kokoh dengan wujud jatidiri

RONA PESONA

Cinta berkuncup
Memendam rasa rindu
Jiwa terpaku
Mengusik dalam kalbu
Samarkan dera cumbu

RONA RASAKU

Tetap menatap
Bulan edarkan rindu
Menunggu sayu

RISALAH MENJAUH

Guratan rona
Menebarkan pesona
Ciptakan mesra
Luruhkan hasrat jiwa
Terangkum benih cinta

SENYUM TULUS

Sungguh indah bias pesonamu
Melangkah anggun sibakkan waktu
Gemulai kekatamu sungguh meramu
Samarkan pancaran terselubung rindu

RINDU MENGGAPAI KELAM

Awan kelam, hanyut dalam lamunan
Memetik dahaga teramat sulit dijabarkan
Titian kalimat yang hampir terucapkan
Kini kandas tertelan ombak keegoan

RUNTUHNYA PETUNJUK

Tatapan mataku sudah meraih jenuh
Kisah semu tersimak terasa hambar
Alur tersemai, nyata memeluk resah
Bergelimang alasan tiada pernah terhantar