Tuan puan yang terhormat
Genangan darah ini terasa basah
Bau anyirnya masih menyengat
Samarkan aroma di ujung kisah
Genangan darah ini terasa basah
Bau anyirnya masih menyengat
Samarkan aroma di ujung kisah
Tuan puan penikmat kelam
Kaki moyang kian dalam tependam
Tubuh ringik terjepit tanah kelahiran
Mulut renta tertutup buih rayuan
Tuan puan pencetus perhelatan
Kau terlihat jemawa menjamu awan
Abaikan suara papa berlantun jengah
Membiarkan jelata merayap gerah
Tuan puan pengejar kepuasan
Keangkuhanmu sudah sampai batas
Kucuran penunjang jelata kau pangkas
Kau jadikan suntikan pesta kemenangan
Buka hatimu hai tuan puan!
Derita moyangmu amat memperhatinkan
Di dera kehausan tanpa ada batasan
Menahan busung lapar tak berkesudahan
Tuan puan, di mana nuranimu!
Buka penutup mata keserakahanmu
Negeri Pertiwi butuh rasa baktimu
Bukan kuncup basa basi keegoisanmu
Bermandi kata
Berselimutkan makna
Beralas rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar