RINDUKU

Rindu ini hanya sepenggal netra
Menyapa saat pesona hinggap
Melenakan hantaran rasa yang berdetak
Abaikan bingkai potret keindahan
Terkukuh ungkap sebatas pandang

KISAHKU NAN GELAP

Kugenggam lipatan waktu
Kuayunkan langkahku !!
Tuk mengikis kisah lampau
Agar pahatan takdir kisahku
Tak menuai harap dirudung pilu

GORESAN PUISI HATI

Aku sama sekali tak mengerti
Apa itu yang dinamakan diksi
Yang aku tahu dan kupahami
Hanya istilah yang bisa dimaknai

LANGKAH SEMU

Kubuka lembar demi lembar
Kusimak kata demi kata
Jiwa ini tiada bisa mengungkap
Menelaan kalimat tanpa bias

ALAP ALAP TERLUKA

Pandanganku membahana tajam
Menelusuri rongga rongga masa
Mencari mangsa penuh kebuasan

Kepakan sayap kelanaku
Tak segan hempaskan banyu
Melambung tinggi sesuka hati

CELOTEH HIDANGAN

Kusuguhkan secangkir keinginan
Kutuangkan madu kemesraan
Lalu kuaduk dengan kerinduan
Tangankupun bergerak ringan
Menelusuri jiwa secara perlahan

CURIGA

Dekaplah prasangka tak bertuan
Nikmati kehangatan dari usapannya
Berkhayalah menyulut dian tanpa tanda
Agar jawaban itu segera kau dapat
Menenggelamkanmu di antara bimbang

RASAKU RASAMU

Izinkan aku menyapamu dalam keheningan
Melaburi rasa dengan kedamaian
Walau raga kita terpisah oleh jarak
Namun jiwa ini seakan terpatri jadi satu

SI RAJA NISTA

Gemuruh bara merajam
Hempaskan bulir kesadaran
Lengahkan jiwa tak terbantah

Percikan dahaga kelam
Bersambut disela tantangan
Sepasang hasta telah terbuka

CINTA LAKSANA ALIRAN SUNGAI

Aku ingin mencintaimu ..
Seperti sungai mengalir dengan bebas
Tanpa hambatan yang terkekang
Tanpa kendala yang hanyut tanpa arah

MAWAR PUJAAN

Bingkai mawar dalam pelukan
Izinkan aku meminangmu dengan separuh raga
Izinkan aku mengungkap segala rasa
Menghiasi dengan keindahan tak tergantikan

BERSELEMPANG NODA

Aku relakan
Kebutaan ini merajam
Menenggelamkan angan
Dalam keinginan tanpa diam

BETARI DURGA

Ketika kau berucap
Akulah sang betari durga
Rasa ini seakan bergoncang
Jiwa ini seolah meradang
Ingin rasanya daku mendekat
Merasakan sentuhan kasar menggelora

GURATAN PESONA

Gemulai guratan diwajahmu
Memijarkan pesona simalakama
Ketetapan masa yang kau pijak
Tak menggerus keanggunan rasa

MATAMU LAKSANA GERIMIS

Sepasang matamu laksana gerimis
Bercurah kasih dengan curahan rintik
Pancaran sinarnya laksana mentari
Memeluk mesra penuh kesetiaan
Membelai sejuk melengahkan rasa

GEMURUH RASA

Gemuruh sajak menggema dalam riuh debaran
Seperti kembang api melesakkan ledakan
Kelam senja menjelma bertabur cahaya harap
Membuat diri ini hanyut menunda lelap

SEPORSI RASA

Seporsi ikatan rasa yang ku hidangkan
Semoga bisa dijadikan bingkisan kasih dan sayang
Seperti mulutmu melumat iris senyum di ujung bibirku
Seperti sorot matamu yang menari dalam kemesraan

BADAI KASIHKU

Tumbuhnya gugusan bintang
Menyeruak tajam tanpa lenggang
Mengusik kelam di antara terang
Ada seggengam tanya dalam kenang
Membiaskan asa diambang kekang

WUJUD PERTAPA LINGLUNG

Nikmatnya jadi pertapa linglung
Terobsesi dari watak mudah bingung
Meramu buah kata tiada terbendung
Serumpun kata kias jadi senandung

ENGKAULAH ARSHAKU

Mana cahaya senyummu

Mana untaian rindumu

Kemilau mentariku seakan luluh

Memendam rasa bercampur keluh

PILIH YANG KAU SUKA

Entah, mana yang kau suka
Sanjungan basi bermahkotakan mutiara
Ataukah, kekata harum beralaskan bara

LEPASKAN DAHAGAMU

Haiii, Kau yang jauh disana
Tekuni saja symphoni yang mendekat
Nikmati saja tindak pengganti kisah
Masa berlalupun tak dapat dicegah

HIDANGAN CINTA

Adakalanya senja itu
Hanya sekumpulan awan beriringan
Hadirnyapun tak bermakna hujan
Seperti lukisan mati
Lataran warnanya tak lagi hidup
Laksana hiasan yang tak indah lagi
Karena curahannya sudah usang

PADA SIAPA !!

Dimana aku harus mengadu
Tempat bercurahpun sudah menjauhiku
Seonak noda membuat DIA cemburu
Menyingkirkan ketenangan dalam bhatinku

AKU ADALAH AKU

Malamku tetap jadi malamku
Tiada kegelapan yang bisa menyatu
Tiada penerang yang bisa menghalauku
Jiwa kotor ini hanyalah milikku
Jangan berdhalil untuk melepas dahagaku

AKSARA PAGI

Aksara pagiku lama sudah hilang
Tinta inspirasiku pun terasa sudah usang
Tiada jejak langkah yang bisa dipampang
Semua terhempas bersama bayang

HANYA KAMU

Di tepian lembah jendela hati
Gemuruh angin menyapa tanpa henti
Perlahan-lahan berjalan menapaki
Menelusuri kehendak hasrat tak terganti

AKSARA SEMU

Hati gelisah seakan tak tertahan
Kalimat tercipta tak bisa dirasakan
Pesona aksaraku hanyalah hiasan
Tiada keanggunan dalam pemamparan
Kata tertata mewakili senggenggam ungkapan

INSAN PENDOZA

Dengarkan pesan ku ini
Agar kau tak menyesali
Bila itu harus terjadi
Anggaplah itu sebuah mimpi
Dan jangan merasakan sakit hati

CINTA KASIH MURNI

Kuumpat kepedihan ini
Kuejek ketegaran hati ini
Mengapa harus merasakan tersakiti
Mengapa harus lunglai tanpa semangat lagi