Kala aksara tak mampu mengurai ucap
Ketika bait puisi tak bisa wakili ungkap
Saatnya kata terurai diam terkatup
Waktunya jatidiri menjadi penutup
Pijaran aksara tiada lagi bermakna
Nyata tergores namun berasa hampa
Menapak ungkap tiada memiliki tanda
Samarkan jejak terdera bait nestapa
Terlalu sombong kau hunus sembilu
Telalu naif lagakmu suguhkan empedu
Selalu kupuja dirimu sepanjang waktu
Hari berganti tiada memiliki ragu
Sanggul permata hitam jadi hiasan
Indah merona penuh pancingan
Melukis kisah iringi setetes godaan
Kisah melangkah, di jadikan pesakitan
Kalau dengan keindahan kalimat jancokku
Aku tetap tak bisa mengusik kesadaranmu
Dengan ucapan apalagi, ku-bisa ketuk hatimu ??
Dengan cara apalagi, ku-mampu menggelitik rasamu ??
Bermandikan kata
Berselimutkan makna
Beralaskan rasa
Ketika bait puisi tak bisa wakili ungkap
Saatnya kata terurai diam terkatup
Waktunya jatidiri menjadi penutup
Pijaran aksara tiada lagi bermakna
Nyata tergores namun berasa hampa
Menapak ungkap tiada memiliki tanda
Samarkan jejak terdera bait nestapa
Terlalu sombong kau hunus sembilu
Telalu naif lagakmu suguhkan empedu
Selalu kupuja dirimu sepanjang waktu
Hari berganti tiada memiliki ragu
Sanggul permata hitam jadi hiasan
Indah merona penuh pancingan
Melukis kisah iringi setetes godaan
Kisah melangkah, di jadikan pesakitan
Kalau dengan keindahan kalimat jancokku
Aku tetap tak bisa mengusik kesadaranmu
Dengan ucapan apalagi, ku-bisa ketuk hatimu ??
Dengan cara apalagi, ku-mampu menggelitik rasamu ??
Bermandikan kata
Berselimutkan makna
Beralaskan rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar