P E N YE S A LA N

Begitu jelas rentangan benang merah, tentang pertalian rasa. Mengulas masa yang tak lagi bisa kembali diikat, kepercayaan berselubung pekatnya duga, menyeru kehancuran. Menjadikan bumerang kelam, renggangkan genggaman tangan yang tak lagi saling tertautkan. Lewatkan detik memutari waktu, sirnakan sungging senyum yang kerap terpatri.

Pada alenia bait-bait goresan, membubuh dilembaran putih halaman kosong, edarkan rintihan kekata yang meruntuhkan deru gelombang imaji. Tenggelamkan sejuta inspirasi, kerap datang mencumbui, merayu untuk melahirkan bait ungkapan yang tiada pernah terpikirkan. Seperti auman yang tak lantang

Setapak demi setapak kebosanan, terhitung perjalanan hari dalam gelisah. Dengan langkah gontai, kembali membuka tirai kisah buram. Menjadikan hari hanya meraih kekalutan, ritme irama kecapi perenungan berdenting, bangkitkan sesal menyeruak dalam kesadaran.

Menguliti hari-hari tanpa mampu merangkai kisah lagi, mengoyak sesalan. Noktah tercipta, nyata telah mencoreng indah yang sekian masa terbina, membuat hari makin bergelut mesra dengan sepi. Melenggang dengan cercaan yang mengutuk diri, tanpa pembatas di antara rasa dan jiwa

Bermandi kata
Berselimutkan makna
Beralas rasa