Hai lidah, kau tetap menjadi puja !!
Tugasmu memang untuk berbicara
Misimu diperuntukkan merangkai kata
Tapi mengapa kau sering mengungkap dusta
Kau acap berselisih dengan panca indra lainnya
Mata melihat daun, justru kau menyebut akar
Mata melihat gunung, mengapa kau bilang itu laut
Mata melihat racun, malah kau bilang obat
Mata melihat maling, tapi kau berkata itu guru
Mata melihat bangkai, kau mengisyaratkan itu halal
Kenapa kebohongan selalu jadi silatmu
Mengapa belenggu ikatan setan jadi imammu
Di sela-sela alunan ayat kau memilih sesat
Gerak gerikmu sejalan dengan hawa nafsu
Sedang kejujuran kau pasung dalam lingkaran semu
Hai lidah, kau hanyalah pengais kata
Hadirmu kerap jadi penghias rona dunia
Berkelakar merangkum adanya pemilik jiwa
Mengapa kau senang berbicara indahnya fitrah
Tapi kenyataannya yang kau tabur hanya pancaran fitnah
Bermandi kata
Berselimutkan makna
Beralas rasa
Tugasmu memang untuk berbicara
Misimu diperuntukkan merangkai kata
Tapi mengapa kau sering mengungkap dusta
Kau acap berselisih dengan panca indra lainnya
Mata melihat daun, justru kau menyebut akar
Mata melihat gunung, mengapa kau bilang itu laut
Mata melihat racun, malah kau bilang obat
Mata melihat maling, tapi kau berkata itu guru
Mata melihat bangkai, kau mengisyaratkan itu halal
Kenapa kebohongan selalu jadi silatmu
Mengapa belenggu ikatan setan jadi imammu
Di sela-sela alunan ayat kau memilih sesat
Gerak gerikmu sejalan dengan hawa nafsu
Sedang kejujuran kau pasung dalam lingkaran semu
Hai lidah, kau hanyalah pengais kata
Hadirmu kerap jadi penghias rona dunia
Berkelakar merangkum adanya pemilik jiwa
Mengapa kau senang berbicara indahnya fitrah
Tapi kenyataannya yang kau tabur hanya pancaran fitnah
Bermandi kata
Berselimutkan makna
Beralas rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar