Ada untaian gundah gulana menerpa relung hati.
Ada pula rasa kecewa menyapa lembut di dasar jiwa.
Tiada kesan terdalam tuk pengusik sadar.
Yang terpancar hanyalah sebuah angan sepi.
Menjulang tinggi memeluk awan kegelisahan.
Ada yang tak biasa untuk menerka awan.
Ada pula yang malas berkata pada mendung.
Adakah gumpalan senyuman ini harus berkumpul ..
Agar dalam biasnya nanti ..
Bisa dijadikan hujan merana.
Ataukah hanya sekedar rintik kelabu dalam rasa.
Yang setiap detik menyapa mengurai kenyamanan.
Pijakan demi pijakan kaki terasa melepuh.
Merilis setapak demi setapak jalan berliku.
Semua tiada dapat temukan rindu walau hanya sebutir.
Mungkin jalan harus kembali di retas.
Rasa ini tercipta untuk temukan kembali sejumput rindu.
Karena kerinduan yang aku senandungkan ini.
Adalah poros yang tembus di dasar hati.
Ada pula rasa kecewa menyapa lembut di dasar jiwa.
Tiada kesan terdalam tuk pengusik sadar.
Yang terpancar hanyalah sebuah angan sepi.
Menjulang tinggi memeluk awan kegelisahan.
Ada yang tak biasa untuk menerka awan.
Ada pula yang malas berkata pada mendung.
Adakah gumpalan senyuman ini harus berkumpul ..
Agar dalam biasnya nanti ..
Bisa dijadikan hujan merana.
Ataukah hanya sekedar rintik kelabu dalam rasa.
Yang setiap detik menyapa mengurai kenyamanan.
Pijakan demi pijakan kaki terasa melepuh.
Merilis setapak demi setapak jalan berliku.
Semua tiada dapat temukan rindu walau hanya sebutir.
Mungkin jalan harus kembali di retas.
Rasa ini tercipta untuk temukan kembali sejumput rindu.
Karena kerinduan yang aku senandungkan ini.
Adalah poros yang tembus di dasar hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar