Pages

Senin, 02 Juni 2014

PUAN PERAYU

Sekelumit genggaman resah
Terdengar syahdu menggetarkan
Memberai-beraikan bias keinginan
Terpupuk aksara keluh-kesah

Alpanya ketulusan jiwa
Teramu berpeluk lengah
Terbuai bait-bait mesra
Teracuhkan tanpa tercurah

Kilatan bujuk rayu
Menerpa teramat sendu
Mendendangkan syair rindu
Terselip gairah bercumbu

Getaran suara manjamu
Menjebak jejak keluguan
Memorak-porandahkan kesadaran
Mengikis gelora ambigu

Untukmu hai puan perayu
Jiwamu hanyalah seonggok debu
Desah mesramu terlengkapi sembilu
Ciptakan dahaga bermadah semu

Bermandi kata
Berselimutkan makna

Beralas rasa

JEJAK KERINDUAN YANG TERINDAH

Jejek langkah kemesraan yang engkau tuangkan ..
Benar-benar nyata dalam sepantun ingatanku ..
Tiada keinginan dalam sepenggal asaku tuk menghapusnya ..
Aku biarkan ukiran telapak kasih sayangmu itu ..

Tetap terterah nyata ..
Dan tetap menjadi hiasan terindah di hamparan taman hatiku ..

Dikala rintihan hati ini berlabuh tak menentu ..
Saat itu pula aku hanya bisa mengurai rambatan dalam pilu ..
Tiada kekangan yang membuatku terjebak dalam masa.
Aku lepaskan semua kepedihan yang menghimpit rasa ..
Aku biarkan semua melangkah sesuai detingan nyata.
Walaupun aku terjebak dalam kepalsuan rasa ..
Tapi aku tetap menyunggingkan pesona dalam keutuhan jiwa ..

Aku simpulkan bait cerita suram ini dengan sekeping asa ..
Aku goreskan tanda harap dalam setiap impian ..
Agar pijaran senyuman dalam kuncup bunga tetap menawan.
Tetap bersinar terang mewujudkan asaku dalam penantian ..
Tiada keinginan hati untuk mencerca arang ..
Aku biarkan sekuntum bunga kerinduan in tetap menjadi saksi bisu ..
Aku ikhlas beningnya embun ketulusan ini jadi penyegar cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar