Embun pagi, sangatlah menyukai telanjang telapak kakimu.
Ketika engkau melintas di hamparan jalan setapak.
Rumput kesetiaan inipun akan menjaga jejakmu tetap basah.
Laksana butiran airmata yang enggan jatuh dari bulu matamu.
Lalu dengan kesabaran yang bergema diantara kalbu.
Aku akan memunguti jejak itu tanpa rasa bosan.
Lalu aku menyimpannya kedalam sebuah sajak.
Ku ukir dengan lembaran penantian tiada batas.
Aku tiada merasa jenuh sedikitpun.
Akan kuikuti kemana kata akan pergi mengembara.
Bukankah hatimu merupakan kampung halamanku.
Yang setiap waktu ku rawat dengan rangkaian sajakku.
Dan disitulah .. !?! ..
Tempat aku mudik dengan segala perbekalan cinta.
Dan dengan segala ole-oleh kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar