Menilai seseorang, jangan cuma dilihat dari paras, ucapan atau penampilannya saja.
Kesemuanya hanya sebuah kesemuan yang bisa menghantarkan prahara.
Padahal air laut yang terbentang luas itu.
Tidak seorangpun yang dapat mengukur volumenya.
Paras, ucapan atau penampilan yang tercermin itu.
Hanya merupakan hiasan atau warna warni dari symbol dunia.
Dimana semua hanya belenggu yang menghempaskan kekurangan diantara cela.
Pantaulah tatanan yang terbungkus dengan pengertian.
Karena semua itu akan membawa ketenangan dan kejernihan dalam menyambut langkah.
Paras elok bukan dilihat dari dan bagaimana cara insan itu berias.
Tapi paras elok dan mempesona terwujud dari amanah yang dijalankan insan.
Tutur kata teratur dan manis yang teruntai melalui ucapan.
Bukan pedoman untuk mengungkap akan kemanisan makna kata dalam hati.
Kesungguhan dan ketegasan kata itulah yang seharusnya jadi pantauan.
Ketetapan kata yang terurai akan menjadi panutan.
Kebenaran yang melewati alur nyata seharusnya jadi perimbangan.
Karena itulah cermin dari insan yang "KUN".
Dimana ucapan yang membias selalu berhiaskan "SABDA PANDITA RATU".
Penampilan yang berhiaskan keindahan.
Yang berbalut kemewahan duniawi.
Mengapa selalu saja menjadi pencarian pada diri insan.
Padahal ikatan hati yang tertipu pasti mengiringi ayunan langkah.
Padahal penampilan sejati yang bergayutkan iman dan taqwa.
Itu merupakan keindahan yang paling mutlak dan berharga.
Kemampuan dan kebesaran jiwa insan yang beriman.
Mengerti akan tatanan serta aturan yang menjadi ketetapan Nya.
Tidak dapat diukur, dipandang dan dilihat dari wujud insan.
Tapi semuanya berjalan sesuai dengan kaidah kemurnian jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar