AKU

Aku masihlah seperti ini
Tanpa kesan senyum yang merajai
Dalam lukisanpun aku tetap begini
Tanpa kesan yang bisa dinikmati

BIAS BUNGA RINDU

Benih-benih bunga rindu yang dulu tertanam
Kini tetap menebarkan kemesraan dalam segenap jiwa
Rinai keindahannyapun seakan tak berubah
Disetiap musim senja yang menyapa
Kuncup Bunga Rindumu senantiasa semerbak
Merasap perlahan membuai segenap ingatan

ASMARAKU MENITI GELAP

Diambang lantunan kesendirian ini

Tiada henti, mengurai penantian
Walau kepastian jawab menjauh
Ku tetap setia menunggun deburan
Sapa rayu dalam sekelumit tanda

CERMIN RETAK

Percuma kau bercermin !!
Dalam bayang padangan terbatas
Dalam nyata, ukirkan terkias
Bergaul sangka, meraih halin

GEMURUH ASMARA MEMBARA

Ku jadikan mendung sebagai embun
Ku taburkan bulir-bulir kesejukan
Membasahi hamparan tanah lapang
Ku simak dendangan suara angin berbisik lirih

CERMIN RETAK

Tak usah berhias di cermin retak
Edarkan hias tetap tak tampak
Anggun wajahmu pasti tak terjamak
Terkadang jenuh raih rasa muak

DERA DERITA RASA

Senyum kukulum setengah rintih
Menekan luka yang terlalu pedih
Rasa sakit mendera ke ulu hati
Luluhkan harap di antara bait mimpi

IKATAN DALAM HINAAN

Aku hanyalah insan pelantun sengsara
Setiap ku tapak langkah hidup
Hanya sebatas asa terbalut angan
Tiada impian yang terpancarkan
Hanya sekeping harap meramu suka

KEBODOHANMU

Masih tetapkah !!
Menari gemulai dengan aksara
Memadu gerakan pada kata
Mencerna ungkap tak terbantah

PIJARAN AKHLAK

Aksara rancak menoreh kepastian
Mengungkap makna dalam goresan
Kata perkata menyapa ketenangan
Lepaskan ungkap, turuti keheningan

ENGKAU MUTIARA RINDUKU

Duhai serpihan mutiara hati !!
Dikala rindu ini hadir menapaki
Ada sekelumit rasa bangkitkan iri
Memperlambat semangat tuk meniti hari

UNTAIAN RESAHKU

Terpaan selaksa sinar mentari kerinduan
Merenguk nikmat di sela kepenatan
Cahaya merebak menggores kedukaan
Pancaran sendu yang kau senandungkan
Tenggelamkan ragu dalam sekeping impian

KEHANCURAN MENTARI CINTA

Lembayung kebimbangan yang merekah di pagi ini
Sediki demi sedikit terlihat makin jelas mengembang
Di antara ruas batang keraguan yang tertanam
Terlihat nyata menapakan pori-pori pembatas nan tajam

KEBEBASAN LANGKAH

Jujur kukatakan kepadamu wahai sayangku !!
Dulu, sewaktu kamu cantik, sehat, segar, lincah serta wangi
Aku sungguh tak begitu suka sama kamu
Aku begitu malas menapak mengurai langkah

S E M U T - (SEnyum iMUT)

Kumemujamu wahai sayangku si iyut
Bibir indahmu menantang bagai seekor semut
Walau kau terlihat manyung dan cemberut
Namun kau terlihat ceria dengan eSEMmu nan imUt

ISTANA MIMPI

Bilakah kehadiranmu mesra tak terganti 
Bertahtakan emas permata terbungkus rapi 
Tiada mungkin kupersembahkan jiwa ini
Mempertaruhkan rasa hanya tuk menikmati
Meneguk madu dahaga didasar nurani

PELENGKAP KEKURANGAN

Aku tak mencari penghias
Apalagi pandai tuk berhias
Aku lebih suka yang tegas
Terkesan garang berwujud ganas

APA ADANYA

Sepantasnya aku urai jenak kisah ini
Merangkum sajak dalam aksara hati
Lebih baik aku menggapai gulita sepi
Diam tanpa melihat yang akan terjadi

MATAHARI DALAM SYAIR RINDU

Wahai !! kepingan rasa yang terpendam
Percayalah, kau tak akan tenggelam 
Kau tetap berdiri tegar di sela masa silam
Walau banyak cerca bercerita kelam

LEPASKAN RASA KERAGUAN

Aku sesungguhnya bukanlah apa-apa
Aku hanya penggores aksara papa
Tiada pernah mencetak bait makna
Bait tertuang hanya tuk melepas noda

KUTIPAN CINTA DALAM HASRAT

Disekitar uraian cerita indah yang telah terpahat

Pastilah akan tebersit kisah nyata yang menyayat

Tiada keraguan yang akan bisa menjadi obat

Semua akan terhempas berbaur keindahan dalam laknat

KERAGUAN DALAM SEULAS RINDU

Dahaga kelam mengusik pijaran semu
Sebelenggu mimpi bersandar terselip ragu
Kekata meraba, kerap hadirkan haru
Samarkan pandangan, jejakpun meraih pilu

LEMBAH KEDUSTAANMU

Di sekitar lembah tali kasih ketulusan ini
Kau senantiasa hadir mengunjungi
Membingkiskan benih kasih dalam cinta
Di mana aroma kemesraan yang tertuang itu

GURATAN DALAM KEINGINAN

Lukisan senja jingga di pelupuk mata
Meringkas pesona dalam kuncup rona
Ada keanggunan yang membekas nyata
Terselip warna keemasan yang menjelma

DI BALIK KETEGARANMU

Sungguh menyesal !!
Tatkala aku suguhkan kisah kelam
Menyelimuti gelora hati yang terjal
Hadirkan temaram bayangan suram

K H I A N A T

Tak sanggup lagi kakiku menapak
Tak kuasa lagi kubingkiskan rona
Sela keculasanku kini telah nampak
Membuat dirimu terbuai dalam noda

CATATAN KECILKU

Diambang bias dalam rasa diamku
Aku menorehkan seonggok catatan kecil
Dimana dalam rangkaian kata yang tercipta
Aku hanya bisa ikuti gerakan langkah

BASA BASI AKSARA HATI

Bait aksaraku telah mati
Bertandang tanpa teriring diksi
Berlalang buana abaikan imaji
Bertemu sapa, jauh dari arti

K E R I N D U A N

Kaulah perangkai setiaku
Kaulah tumpuan hidupku
Kaulah penggugah imajiku
Kaulah pencetus semangatku
Kaulah jembatan penentuku

PERTIWI MENANGIS

Lantunan doa perih menyayat
Iringi derai terpasung lekat
Mendung duka bergayut pekat
Mengukir risalah tanpa tersemat

PELUKAN RINDU

Pelukan hangat yang tercurah
Bukan terbesit dari keegoan niat
Bukan pijaran tajamnya hasrat
Bukan pula dorongan nafsu rendah

DEWI AKSARA SEMBILU

Seulas sapa merangkai pesona
Ciptakan ranum tiada tersentuh
Aroma meramu tulus tak terjeda
Membingkai aksara sirnakan gerah

WUJUD JATIDIRI

Ratu-kah dirimu ..
Permaisuri-kah dirimu ..
Primadona-kah dirimu ..
Kembang imaji-kah dirimu ..
Atau idola-kah dirimu ..

PUAN PERAYU

Sekelumit genggaman resah
Terdengar syahdu menggetarkan
Memberai-beraikan bias keinginan
Terpupuk aksara keluh-kesah

AKU TAHU SIAPA ADAMU

Singgasana aksara indah menjulang
Bertatakan pernik mahkota sampiran
Kekata membius samarkan bayang
Hentikan ulas lengahkan tanggapan

UNGKAPAN MESRA

Kusambut senyum mesra nan hangat
Tumbuhkan gelora hati tuk mendekat
Gemuruh nyiur kasihmu kian memikat
Bangkitkan gairah yang tak tersemat

P E N YE S A LA N

Begitu jelas rentangan benang merah, tentang pertalian rasa. Mengulas masa yang tak lagi bisa kembali diikat, kepercayaan berselubung pekatnya duga, menyeru kehancuran. Menjadikan bumerang kelam, renggangkan genggaman tangan yang tak lagi saling tertautkan. Lewatkan detik memutari waktu, sirnakan sungging senyum yang kerap terpatri.

P E T A K A

Kisah terlukis merajai, jejak pengukir masa tak lagi nampak, menapak rentan di tepian kubangan, lengah pijarkan nikmat di rusuk sukma, rona senja yang tergapai, tak lagi bisa meraih tenang, ciptakan resah di setiap jejak, setia melukis kisah kusam dalam selarik keculasan

SI LINGLUNG

Perlahan-lahan ungkap terpasung
Mendayung kekata tak berujung
Cerca mengais tak terbendung
Kalimat terberai nyata terkungkung

D A H A G A

Nafas, nafsi, nafsu
Nyalakan hasrat memburu
Padamkan peredam kalbu
Sirnakan belenggu haru

HIJAB UNGU

Rona wajah ciptakan bayang
Jejak menapak raih seulas kenang
Hasrat jiwa kerap setia menghadang
Menyibak detik, hanya tuk memandang

PENGAIS KATA

Hai lidah, kau tetap menjadi puja !!
Tugasmu memang untuk berbicara
Misimu diperuntukkan merangkai kata
Tapi mengapa kau sering mengungkap dusta
Kau acap berselisih dengan panca indra lainnya

BUKAN MILIKKU

Kala senja, kau cumbu diriku
Kau kecup untaian aksaraku
Kau nikmati sebelanga gairahku
Kau resapi gelora asmaraku
Hingga kau lelap dalam rayu

DEWI BERHIJAB HIJAU

Padamu kurangkum segenggam rindu
Padamu kuingin selalu menjamu
Padamu kubingkiskan bisikan kalbu
Padamu pula kusirnakan ambiguku

KEPASTIAN TAK NYATA

Cakrawala kesedihan menyapa
Mengolok mendung di angkasa
Awan berarak menyambutnya
Sampaikan pesan tak bermakna

SRIKANDI CINTA

Wahai srikandi cintaku !!

Engkau sungguh amat anggun dengan wujud dirimu

Ketegaran jiwamu !!

Tak ubahnya seperti laskar rindu

ALPHANYA SEBUAH KEINGINAN

Desiran hembusan angin senja kelabu
Menerpa kencang !!
Menghempaskan kekalutan yang menyapa manja
Memintal lembut !!

Goyahkan keinginan yang merambat manja

RENUNGAN HASRATKU

Bait demi bait aksara cinta yang tertera
Tanpa terasa membimbingku
Membuatku terasa tertunduk malu
Membingkai kalimat rapi